KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) akan berbaris di bawah bendera tunggal "bendera Korea" pada Olimpiade Musim Dingin yang dihelat di Korsel bulan depan. Mereka juga sepakat untuk menggabungkan tim hoki es wanita dalam sebuah perundingan langka di desa Panmunjom. Ini adalah pembicaraan tingkat tinggi pertama antara kedua negara dalam lebih dari dua tahun.
Hal tersebut menandai kian cairnya hubungan kedua negara yang dimulai sejak awal tahun baru ketika Korut menawarkan untuk mengirim tim ke Olimpiade. Pertandingan akan berlangsung pada periode 9 hingga 25 Februari di Pyeongchang di Korea Selatan. Apa yang akan terjadi? Jika rencana tersebut terealisasi, delegasi Korut yang beranggotakan ratusan orang -termasuk 230 pemandu sorak, 140 musisi orkestra dan 30 atlet taekwondo- dapat menyeberang ke Selatan melalui perbatasan darat untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin. Kondisi ini juga berarti pembukaan jalan lintas perbatasan untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. Terkait rencana penggabungan tim hoki wanita, hal ini akan menjadi kali pertama para atlet dari kedua Korea berkompetisi dalam tim yang sama di Olimpiade. Korut juga sepakat untuk mengirim delegasi yang lebih kecil sekitar 150 anggota ke Paralimpiade pada bulan Maret. Namun sebelumnya, kesepakatan tersebut harus disetujui terlebih dulu oleh pertemuan Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Lausanne, Swiss, pada hari Sabtu, karena Korut telah melewatkan tenggat waktu pendaftaran atau gagal lolos. Korsel juga perlu menemukan cara untuk menjadi tuan rumah delegasi Korut tanpa melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB yang melarang pembayaran tunai ke Pyongyang dan daftar hitam pejabat senior Korut tertentu. Apa reaksinya? Pelatih hoki Korsel dan surat kabar konservatif telah menyatakan keprihatinannya tentang prospek tim bersatunya tim hoki, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat merusak peluang Korsel untuk memenangkan medali.
Puluhan ribu orang dikatakan telah menandatangani petisi online yang mendesak Presiden Moon Jae-in untuk membatalkan rencana tersebut. Namun pemimpin liberal tersebut mengatakan kepada para atlet Olimpiade Korsel pada Rabu (17/1) bahwa partisipasi Utara dalam Olimpiade akan membantu memperbaiki hubungan internal antar-Korea. Sebelumnya, Jepang telah memperingatkan tentang kecurigaannya atas sikap Korut. Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan, dunia tidak boleh dibutakan oleh "sikapĀ ofensif menawan" Pyongyang yang baru. "Ini bukan saatnya untuk mengurangi tekanan atau memberi penghargaan kepada Korut. Fakta bahwa Korut mau terlibat dalam perundingan dapat diartikan sebagai bukti bahwa sanksi tersebut sedang berjalan," kata Kono, seperti yang dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie