KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten BUMN Karya terus mencari pendanaan melalui pasar modal lewat
rights issue. Terbaru ada PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang berencana melakukan
rights issue sebanyak 7,12 miliar saham. Sebelumnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) juga telah melakukan
rights issue. WSKT juga berencana menggelar rights issue lagi tahun ini. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Johan Trihantoro melihat, di tengah proses akselerasi pemulihan ekonomi menjadi momentum awal bagi BUMN Karya. Meskipun, sejumlah tantangan di tahun ini perlu menjadi perhatian seperti inflasi global, kenaikan suku bunga, krisis Rusia dan Ukraina serta kenaikan komoditas yang tentunya ini menjadi perhatian korporasi.
Ia menilai, penawaran
rights issue sebagai katalis positif. "Tentunya ini sebagai upaya manajemen untuk menjaga likuditasnya dan kinerja keuangan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/4).
Baca Juga: Merdeka Copper Gold (MDKA) Akan Menerbitkan Obligasi Rp 2 Triliun Langkah melakukan aksi korporasi tersebut juga upaya manajemen untuk memperbaiki posisi utang sehingga aksi koperasi melalui
rights issue tentunya akan memberikan memperkuaut struktur postur keuangan perusahaan dan juga akan mendukung kapasitas usaha emiten. Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menambahkan, dalam
rights issue yang dilakukan BUMN karya ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, jumlah peminat
rights issue. Menurutnya, apabila peminat
righst issue tersebut berhasil dipenuhi maka akan berdampak signifikan terhadap kinerja BUMN Karya tahun ini. "Bisa dilihat dari target dana segar yang ingin didapatkan, tercapai atau tidak," sebutnya. Ia mencontohkan, pada akhir tahun lalu WSKT telah melakukan
rights issue. Hanya saja, dana yang terkumpul sebear Rp 1,5 triliun dari target dana Rp 4 triliun atau hanya 38,01% dari target maksimal.
Kedua, alokasi dana yang dihimpun dari
rights issue tersebut. "Apabila dana yang digunakan dengan tepat guna dan tepat sasaran, menurut kami akan berdampak signifikan terhadap kinerja BUMN tahun ini," kata Raditya. Raditya sendiri melihat dengan adanya rights issue tersebut maka likuiditas BUMN Karya mengalami peningkatan. Hal ini karena aksi korporasi yang dilakukan memicu meningkatnya volume perdagangan oleh investor sehingga volatilitasnya juga mengalami peningkatan. "Apabila volume perdagangan dan volatilitas meningkat, likuiditas saham tersebut juga meningkat," katanya. Adapun volume transaksi saham BUMN Karya pada periode 4-8 April 2022 tercatat, WSKT menjadi emiten yang memiliki volume perdagangan saham terbesar dengan nilai Rp 128,58 miliar. Lalu, saham WIKA sebesar Rp 57,79 miliar dan ADHI sebesar Rp 37,22 miliar. Berdasarkan data tersebut, Raditya menilai saat ini likuiditas yang paling bagus dan menarik ditunjukkan oleh WSKT.
Ia juga menilai investor tetap bisa melakukan buy bertahap untuk saham tiga BUMN karya tersebut. Sebab, ketiganya masih undervalue. Adapun, per 11 April 2022 harga ADHI di Rp 700 sedangkan valuasi di Rp 900. Lalu WSKT di harga Rp 520 sementara valuasi Rp 1.040, dan WIKA di harga Rp 930 dengan valuasinya Rp 1.110.
Baca Juga: Semester II, Waskita Karya (WSKT) Berencana Rights Issue dan Bidik Dana Rp 3 Triliun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat