KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom menaksir inflasi pada periode Maret 2024 akan kembali terkerek baik secara bulanan maupun secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pendorong inflasi pada periode ini. Sekedar mengingatkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pada bulan Februari 2024 sebesar 0,37% secara bulanan (month to month/mtm), dan sebesar 2,75% secara tahunan (year on year/yoy). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, diperkirakan inflasi bakal meningkat menjadi 0,58% mtm di Maret 2024. Menurutnya, ini disebabkan naiknya inflasi pangan akibat keterbatasan pasokan.
“Kami memperkirakan tren kenaikan inflasi pada bulan Maret 2024, terutama didorong oleh kenaikan harga pangan selama bulan Ramadhan di tengah kekurangan pasokan,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (28/3).
Baca Juga: Realisasi 95%, Pemerintah Telah Gelontorkan 629.000 Ton Beras untuk Bantuan Pangan Josua mengungkapkan, secara tahunan inflasi juga akan naik menjadi 3,11% yoy di Maret 2024, terutama disebabkan oleh inflasi harga bergejolak terkait dengan harga pangan, di mana diproyeksikan naik jadi 8,50% yoy. “Inflasi harga yang diatur pemerintah diperkirakan menguat dari 1,67%yoy menjadi 2,31%yoy akibat kenaikan tarif transportasi udara yang didorong oleh peningkatan permintaan untuk mudik Lebaran,” ungkapnya. Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengantisipasi kenaikan inflasi inti dari 1,68% yoy di Februari 2024 menjadi 1,71% yoy di Maret 2024. Menurutnya, ini tercermin dari peningkatan permintaan selama ramadan, kenaikan harga emas, dan kenaikan inflasi impor di tengah depresiasi rupiah. Lebih lanjut, Josua menambahkan, pihaknya memproyeksikan tingkat inflasi bakal mengalami kenaikan namun tetap terkendali yakni sebesar 3,08% pada akhir 2024. “Meskipun ada kenaikan ini, perkiraan suku bunga tetap berada dalam kisaran target, memberikan kelonggaran bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan penurunan BI-rate, terutama di paruh kedua 2024,” tandasnya. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual meramal inflasi pada bulan Maret 2024 akan berada di level 0,30% mtm, dan sebesar 2,88% yoy. Sementara itu, inflasi inti ditaksir mencapai 0,16% mtm dan 1,68% yoy. “Inflasi mulai terkerek karena mulai masuk ke efek
seasonal bulan puasa,” kata David. David menjelaskan, akselerasi inflasi secara tahunan sebagian besar disebabkan oleh bahan pokok terutama beras, telur ayam, bawang merah, dan daging ayam. “Inflasi inti kemungkinan masih tetap, sebagian besar komponennya tidak ada perubahan terlalu signifikan, karena kelihatan sebagian besar masih berhati-hati dalam berbelanja,” jelasnya. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky mengatakan, pihaknya menduga inflasi Maret 2024 berada di rentang 2,8% - 3% yoy. “Inflasi pangan akan cukup besar tekanannya di Maret 2024 dan juga ada tekanan ramadan,” terang dia. Riefky menuturkan, proyeksi inflasi di bulan April 2024 dan jangka pendek hingga akhir semester I 2024 bakal menurun setelah periode ramadan usai. Menurutnya, di semester I 2024 tingkat inflasi bisa berada di kisaran 2,5%.
Baca Juga: Rupiah Rawan Keok, Selama The Fed Masih Meragu “Faktornya, sebetulnya sudah lewatnya periode ramadan dan lebaran yang meringankan tekanan dari sisi inflasi,” tuturnya. Sementara itu, Chief Economist Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo memproyeksikan inflasi pada Maret 2024 akan terkerek meski tak setinggi bulan Februari 2024, di mana akan naik 0,11% mtm. Secara tahunan, kata dia, inflasi akan berada di level 2,62% yoy dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diperkirakan berada di level 105,69. “Laju inflasi yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh mulai normalnya harga komoditas pangan, terutama beras, yang bulan lalu menjadi pendorong utama kenaikan kelompok
volatile food,” imbuh dia.
Banjaran bilang, harga beras saat ini mulai turun baik kualitas sedang maupun premium. Selain itu, harga daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai juga mengalami penurunan. Namun, lanjut dia, terdapat kemungkinan kenaikan pada komoditas minyak goreng sawit, tepung terigu, kedelai impor dan bawang merah. “Momen ramadan memang secara seasonal menjadi faktor utama yang memengaruhi inflasi, namun untuk tahun ini akan terdistribusi di bulan Maret dan April,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi