KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan mencatatkan surplus jumbo. Hal ini akan berdampak positif terhadap transaksi berjalan alias current account Indonesia. Bahkan, transaksi berjalan diperkirakan berbalik surplus setelah selama ini langganan mencatat defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan bulan September sebesar US$ 4,37 miliar, setelah surplus pada bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar US$ 4,12 miliar dan US$ 4,75 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan pada kuartal III 2021 mencapai US$ 13,24 miliar. Angka ini jauh lebih besar ketimbang surplus neraca perdagangan kuartal I dan II yang sebesar US$ 5,52 miliar dan US$ 6,31 miliar.
Karena itulah Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, neraca transaksi berjalan kuartal III-2021 surplus sebesar 1% terhadap produk domestik bruto (PDB). "Ini tak lepas dari perkembangan perdagangan pada periode tersebut," kata Faisal, Jumat (15/10) lalu. Baca Juga: Ekonom Bank Permata perkirakan neraca transaksi berjalan kuartal III 2021 surplus Asal tahu saja, transaksi berjalan juga pernah mencatatkan surplus pada kuartal III-2020 sebesar US$ 9,1 miliar atau 0,39% terhadap PDB dan kuartal IV 2020 surplus US$ 9,8 miliar atau 0,32% terhadap PDB. Faisal memperkirakan tren tingginya harga komoditas akan membuat ekspor Indonesia meningkat dalam beberapa waktu ke depan sehingga mendukung neraca transaksi berjalan. Dalam proyeksi Faisal, neraca transaksi berjalan di sepanjang 2021 akan mengalami defisit kecil di kisaran 0,2% PDB, atau lebih kecil dari prediksi defisit transaksi berjalan sebelumnya yang sebesar 1,6% PDB. Tak menutup kemungkinan apabila harga komoditas ekspor Indonesia terus melambung, maka neraca transaksi berjalan Indonesia tahun ini mencetak surplus kecil di kisaran 0,1% PDB.