KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom memproyeksikan inflasi pada periode April 2024 mencapai sekitar 3% secara tahunan (YoY). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pendorong inflasi, mulai dari momentum Lebaran, periode mudik hingga kenaikan harga minyak dunia akibat perang antara Iran dan Israel. Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan inflasi April berada di kisaran 2,8% hingga 3,1% YoY.
Dirinya mengatakan potensi inflasi pada April 2024 masih ada peluang untuk sedikit meningkat dibandingkan kondisi di Maret 2024. Namun di saat yang bersamaan batas bawah dari inflasi secara tahunan juga bisa relatif lebih rendah dibandingkan pencapaian di Maret 2024. Yusuf menerangkan, faktor pendorong inflasi April 2024 dikarenakan oleh momentum Lebaran, di mana harga komoditas pangan berada pada posisi yang relatif tinggi. "Faktor Lebaran yang musiman itu umumnya mendorong kenaikan harga terutama untuk perjalanan yang dilakukan melalui sektor jasa transportasi maupun pengiriman barang yang dilakukan," kata Yusuf kepada Kontan, Selasa (30/4). Yusuf mengungkapkan, pemerintah juga tidak banyak melakukan sejumlah cara untuk meredam laju inflasi di sepanjang April 2024, termasuk di dalamnya mengantisipasi kenaikan harga pangan.
Baca Juga: Standard Chartered Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024 "Jadi saya kira ini yang menjadi faktor tambahan lain kenapa masih ada potensi peluang peningkatan inflasi di batas atas untuk proyeksi April 2024," ujarnya. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky memproyeksikan inflasi April berada di atas 3%
yoy. "Terkait dengan inflasi April diduga akan relatif tinggi karena dipengaruhi beberapa faktor salah satunya harga pangan. (Inflasi) di sekitar 3,04% sampai 3,1%," terang Riefky kepada Kontan, Selasa (30/4). Selain harga pangan masih tinggi, lanjutnya, faktor pendorong inflasi pada April dikarenakan adanya momentum Lebaran dan Mudik yang ikut mengerek konsumsi masyarakat. Dirinya mengimbau agar pemerintah bisa mengendalikan inflasi terutama dari sisi pangan. "Nah kemarin kan dampaknya paling banyak karena El Nino. Nah El Nino ini relatif sudah mulai mengurangi dampak tekanannya. Tapi ke depannya pemerintah perlu terus memastikan kecukupan stok produk-produk pangan," ucapnya. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menaksir bahwa inflasi April 2024 akan berada di angka sekitar 3% YoY. Menurutnya, inflasi April disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia akibat konflik Timur Tengah, antara Iran dan Israel. Untuk menekan laju inflasi, dirinya mengimbau kepada pemerintah untuk tetap menjaga distribusi barang. "Upaya yang dilakukan (pemerintah) adalah menjaga distribusi barang agar lancar," terang Esther kepada Kontan, Selasa (24/4). Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita memperkirakan inflasi berkisar 0,30%-0,50%
month to month (MoM), sehingga secara tahunan angkanya masih berada di kisaran 3%. "Saya melihat inflasi untuk April sudah mulai mereda, namun bukan berarti turun drastis, seiring lebaran terjadi di awal bulan dan harga-harga sudah mulai stabil di level yang sudah terbilang tinggi sejak bulan Maret. Artinya, belum ada lagi kenaikan yang signifikan," kata Rony kepada Kontan, Rabu (1/5). Menurutnya, kenaikan yang tidak signifikan itu karena komoditas pokok seperti beras sudah panen raya bersamaan dengan momen Lebaran, sehingga kekurangan pasokan beras untuk sementara waktu cukup stabil.
Baca Juga: Ketidakpastian Tinggi, Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 Akan Stagnan Kemudian, momen kenaikan bahan pokok sudah berlangsung sejak awal tahun, terutama beras karena faktor kelangkaan dan kurangnya pasokan menjelang panen raya. "Jadi kenaikan harga dibanding bulan sebelumnya terbilang tidak signifikan karena harga sudah terbilang tinggi," ujarnya.
Selanjutnya, imbas pelemahan rupiah belakangan belum akan terasa di April, tapi kemungkinan terjadi di Mei dan Juni, terutama untuk barang-barang manufaktur yang berbahan baku impor. Sebagai tambahan informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2024 mencapai 0,52% secara bulanan, atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi inflasi pada Februari 2024 yang sebesar 0,37% MtM. Secara tahunan, inflasi pada Maret 2024 tercatat sebesar 3,05%. Sedangkan inflasi secara tahun kalender (Maret 2024 terhadap Desember 2023) mencapai 0,93% year to date (ytd). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .