KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten masih membagikan dividen interim dari laba tahun buku 2023. Berikut rangkuman emiten yang memiliki
cum date dividen hingga pekan depan. Pertama, PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) yang akan membagikan dividen interim tahun buku 2023 sejumlah US$ 25 juta. Setiap pemegang satu saham MEDC akan mendapat dividen Rp 15 per saham. Dengan harga saham MEDC yang ada di Rp 1.125 per saham pada Jumat (24/11)
yield dividen Medco sebesar 1,33%. Kedua, PT Graha Mitra Asia Tbk (
RELF) akan membagikan dividen interim tahun buku 2023 senilai Rp 4 miliar atau Rp 0,7 per saham. Dengan harga saham RELF yang ada di Rp 41 per saham,
yield dividen Graha Mitra sebesar 1,71%.
Ketiga, PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (
NELY) akan membagikan dividen interim sebesar Rp 35,25 miliar. Dengan total jumlah saham sebanyak 2,35 miliar saham, nilai dividen interim NELY setara dengan Rp 15 per saham.
Yield dividen interim NELY sebesar 2,88% jika menggunakan patokan harga saham Rp 520 per saham pada Jumat (24/11).
Baca Juga: Saham Pilihan Analis Pasca IHSG Tembus 7.000, Ada Sinyal Window Dressing Keempat, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) akan membayarkan dividen interim tahun buku 2023 sekitar Rp 5,2 triliun. Secara rinci, BBCA akan membayarkan dividen interim tunai sebesar Rp 42,5 per saham. Dengan harga saham BBCA yang ada di Rp 8.925 per saham pada Jumat (24/11), yield dividen BCA hanya 0,48%. Terakhir, emiten yang menebar dividen interim dengan dividen yield terbesar yaitu, PT Organon Pharma Indonesia Tbk (
SCPI) yang akan menebar dividen interim tahun buku 2023 sebesar Rp 151,2 miliar. Dividen interim ini setara dengan Rp 42.000 per saham. Namun, meski menawarkan dividen interim jumbo, investor tidak lagi bisa berburu saham SCPI. Pasalnya, saham ini sudah tidak ditransaksikan lagi di bursa. Menurut data Bloomberg, transaksi terakhir saham SCPI terjadi pada Januari 2013 di harga Rp 29.000 per saham.
Baca Juga: Dipilih-Dipilih! Sejumlah Emiten Ini Akan Menebar Dividen Interim, Ada BBCA & UNVR Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, karena masing-masing berlatar belakang dari sektor yang berbeda, tentu pengaruh sektor mempengaruhi prospek sahamnya. Menurutnya, saham BBCA yang merupakan saham
first liner dan kapitalisasi terbesar di sektor perbankan, memiliki prospek yang solid, outlook pasar terhadap sektor perbankan di Indonesia masih sangat positif. "Sebagai
first liner perbankan, yang sahamnya paling premium di antara
first liner di sektor perbankan, saham BBCA punya historis
return saham yang paling besar," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Jumat (24/11). Sementara itu, dari dua risiko utama instrumen saham yaitu risiko penurunan nilai investasi dan likuiditas. Alfred menegaskan bahwa BBCA dan MEDC memiliki likuiditas yang tinggi, sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dari saham lainnya yang juga akan menebar dividen interim.
Baca Juga: Ini Jadwal Pembayaran Dividen Interim Unilever (UNVR) Sebesar 87% dari Laba "Untuk BBCA ada kekhawatiran pada
capital gain bukan pada dividen, jadi aksi dividen tidak akan banyak berpengaruh terhadap harga. Sedangkan pada MEDC dengan perkiraan total dividen
yield di 3%-4%, keputusan dividen akan sedikit bisa menjadi katalis untuk harga sahamnya," tuturnya. Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin mengatakan, jika investor akan membeli saham-saham tertentu secara jangka pendek yang hanya memanfaatkan dividen, ada kalanya investor tetap perlu memperhatikan secara teknikal pada saham-saham tersebut. "Seperti salah satunya MEDC yang sedang dalam tren penurunan jadi setelah mendapatkan dividen akan terjadi risiko penurunan yang berlanjut dan melebihi nilai
yield yang didapat. Begitupula dengan saham NELY," ungkap Shin kepada Kontan.co.id, Jumat (24/11).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,08% pada Jumat (24/11), Simak Proyeksi IHSG Untuk Senin (27/11) Untuk jangka pendek, Shin merekomendasikan
trading buy dan memanfaatkan adanya potensi kenaikan menjelang
cum date pada saham MEDC dengan target harga Rp 1.175-Rp 1.190 per saham dan
support Rp 1.090 dan NELY dengan target harga Rp 540-Rp 550 per saham dan
support di 492-505. Sementara Alfred merekomendasikan
hold pada saham BBCA dengan target harga Rp 9.560 per saham dan
buy pada saham MEDC dengan target harga Rp 1.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati