Sejumlah Emiten Diprediksi Cetak Kinerja Sesuai Proyeksi, Simak Rekomendasi Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten diprediksi mencetak kinerja tahun 2021 sesuai dengan konsesus analis. Di antaranya, emiten-emiten dalam jajaran indeks LQ45.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta berpendapat, konsesus dibuat berdasar pengamatan analis terhadap potensi kenaikan kinerja emiten.


Adapun pertumbuhan kinerja emiten cenderung positif sepanjang tahun 2021 terdorong kondisi makro ekonomi yang terus membaik.

Melihat kembali ke belakang, tren pemulihan ekonomi semenjak Covid-19 ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya perbaikan. Kondisi ini tidak terlepas dari pengendalian Covid-19 yang dinilai semakin efektif oleh pasar.

Baca Juga: IHSG Merosot Senin (10/1), Ini Daftar Saham Top Losers & Gainers di Indeks LQ45

"Oleh karenanya, terkait proyeksi konsesus, saya lihat rata-rata emiten memang memiliki tren kinerja positif di tahun 2021," ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (10/1).

Sementara itu, Nafan tidak memungkiri sentimen varian baru Omicron dan pengetatan kebijakan moneter oleh Amerika Serikat (AS) memang membayangi. Akan tetapi, sepengamatannya, hal tersebut belum berpengaruh signifikan baik di akhir tahun lalu maupun di tahun 2022.

Ini juga berkaca dari pemerintah Indonesia yang masih optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun 2022.

Senada, Head of Investmen Research Infovesta Wawan Hendraya mengungkapkan, kemungkinan besar konsesus analis itu bisa tercapai atau setidaknya mendekati di tahun 2021 ini. Melihat,  pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu.

Emiten-emiten yang berpotensi mencetak kinerja sejalan dengan konsesus di antaranya emiten-emiten perbankan buku empat, seperti BBCA. Selain itu, emiten-emiten yang diuntungkan dengan pelonggaran aktivitas masyarakat yang sempat terjadi beberapa kali di tahun 2021.

Wawan menambahkan, prospek miten-emiten yang berkinerja selaras dengan konsesus itu diapresiasi oleh pasar dengan pergerakan sahamnnya yang terlihat mulai menggeliat sejak di kuartal IV.

Walau begitu, investor masih belum terlambat untuk masuk ke saham-saham LQ45. Mengingat masih besarnya peluang penguatan ke depan.

Penguatan harga saham terdorong oleh pemulihan ekonomi yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun 2022, sehingga diekspektasikan akan memperbaiki  kinerja emiten-emiten.

Beberapa sektor yang menurutnya menarik seiring dengan perbaikan ekonomi ini ada sektor perbankan dan barang konsumsi. Sektor telekomunikasi juga dipandang masih defensif dan atraktif.

Adapun saham-saham yang dicermatinya ada BBCA dengan target harga Rp 8.200 per saham dan BBRI di sekitar Rp 5.000 per saham. ICBP dipandang prospektif dengan target harga sekitar Rp 10.000 per saham.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,15% ke 6.691, Asing Jual Saham BUKA, SMMA dan ANTM, Senin (10/2)

Sektor telekomunikasi ada TLKM dan TOWR dengan target harga masing-masing Rp 4.800 per saham dan Rp 1.200 per saham.

Nafan menambahkan, kinerja mayoritas emiten yang masih selaras dengan konsensus dapat menjadi acuan bagi investor dalam berinvestasi ke depan, khususnya dalam jangka panjang.

Beberapa saham yang menjadi jagoan di tahun 2022 ini ada saham-saham sektor perbankan seperti BBRI, BBNI, dan BMRI. Sektor perbankan akan diuntungkan mengingat pertumbuhan kredit yang menggeliat seiring dengan  pemulihan ekonomi di tahun 2022.

Kondisi ini tercermin pada pertumbuhan kredit yang mulai meningkat di akhir tahun lalu. NPL juga diperkirakan mampu dijaga tetap rendah.

Adapun BBRI memiliki target harga Rp 5.425 per saham, BMRI dengan target harga Rp 9.075 per saham, dan BBNI dengan target harga Rp 9.000 per saham.

Di sisi lain, Nafan melihat saham-saham batubara juga masih prospektif mengingat permintaan yang masih solid ke depan. Beberapa saham yang masih akan dicermatinya ada ITMG dan ADRO.

 
ADRO Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto