Sejumlah Emiten Diuntungkan Pelemahan Rupiah, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih belum lepas dari tertekan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Kendati begitu, ada sejumlah emiten yang bakal mendapat berkah dari pelemahan mata uang garuda ini.

Berdasarkan data Google Finance, rupiah bertengger di level Rp 16.055,30 per dolar AS pada pukul 18:35 WIB pada Senin (25/5). Ini melemah 0,39% dari posisi hari sebelumnya. 

Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menuturkan pelemahan rupiah belakangan ini utamanya dipengaruhi oleh faktor global. Salah satunya, bergantinya ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga The Fed. 


"Serangan balasan Iran ke Israel juga meningkatkan ketidakpastian geopolitik, yang berisiko menaikkan harga minyak dan menekan nilai tukar rupiah," katanya kepada Kontan, Senin (15/5). 

Baca Juga: ADRO hingga INTP Bakal Menggelar Buyback, Begini Rekomendasi Saham dari Analis

Hans memproyeksikan tekanan pada rupiah tidak berlangsung lama alias hanya dalam jangka pendek. Meski begitu, dia mengingatkan masih ada sentimen negatif yang bisa menahan The Fed untuk segera memangkas suku bunga. 

Praska Putrantyo, CEO Edvisor Profina Visindo mencermati pelemahan di posisi Rp 16.000 per dolar AS hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Sampai dengan semester I-2024, rupiah akan berada di atas Rp 15.500 per dolar AS. 

Meski begitu, dia bilang ada beberapa sektor yang bakal diuntungkan dari pelemahan rupiah ini. Terutama, sektor pertambangan komoditas seperti batubara dan migas (minyak dan gas). 

Pasalnya, konflik di Timur Tengah turun menyulut kenaikan harga minyak mentah. Namun lonjakan harga komoditas tidak serta merta menjadi sentimen positif bagi emiten tambang. 

"Kondisi saat ini berbeda dari 2022, yang mana kenaikan harga disebabkan oleh meningkatnya permintaan. Kali ini, harga naik karena keterbatasan suplai tetapi permintaan terbatas, ucap Praska. 

Sektor lainnya yang bakal diuntungkan adalah emiten pulp and paper. Terutama entitas Grup Sinarmas, yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). 

Ambil contoh, INKP yang lebih dari 50% pendapatannya berasal dari ekspor. Menurut Praska, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini akan menjadi katalis positif bagi perusahaan kertas ini. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menimpali emiten yang memiliki porsi ekspor besar juga akan diuntungkan dari pelemahan nilai tukar rupiah ini. 

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Tumbuh di 2023, Simak Rekomendasi Saham Indofood CBP (ICBP)

"Namun sebaliknya, yang memiliki berhubungan dengan impor pasti akan mengalami tekanan akibat pelemahan rupiah," kata Nico. 

Dia mencontohkan emiten yang memiliki porsi ekspor di antaranya ialah PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Namun dari dua emiten itu, top picks-nya jatuh pada ICBP. 

Selain itu, di tengah pelemahan rupiah ini, investor juga bisa mencermati sektor energi seperti ELSA dengan target harga di Rp 540, MEDC dengan target di Rp 1.900 dan AKRA di Rp 1.900 per saham. 

Sementara, Praska menyarankan untuk jangka pendek efek investor bisa memanfaatkan lonjakan pada harga saham komoditas migas untuk trading, seperti yang terjadi di saham MEDC dan ELSA. 

Investor juga bisa mencermati saham berbasis ekspor terutama komoditas yang masih murah seperti, PTRO, ADRO, ITMG dan HRUM. Untuk sektor logam investor bisa melirik MDKA dan ANTM.

 
ANTM Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi