Sejumlah Emiten Mencuil Peluang dari Pengembangan Kendaraan Listrik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten, khususnya emiten pertambangan batubara, mulai merangsek masuk ke dalam ekosistem pengembangan kendaraan listrik, baik dari komponen pendukung, fasilitas, hingga kendaraan roda dua.

PT Indika Energy Tbk (INDY) misalnya, mendirikan anak perusahaan baru dengan nama PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI). Perusahaan ini didirikan bersama dengan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, yakni PT Indika Energy Infrastructure pada 25 Maret 2022.

Terdapat tiga maksud, tujuan, serta kegiatan usaha Solusi Mobilitas Indonesia. Pertama, melakukan kegiatan industri sepeda motor roda dua. Kedua, melakukan perdagangan besar sepeda motor dan suku cadang sepeda motor dan aksesorisnya. Ketiga, melakukan jasa konsultasi manajemen.


“Penyertaan saham Indika Energy dalam Solusi Mobilitas Indonesia merupakan langkah INDY untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik di Indonesia,” tulis Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan Indika Energy, Selasa (29/3).

Baca Juga: Analis Rekomendasikan Saham-Saham Ini Jelang Bulan Ramadan

INDY memegang 99,998% saham Solusi Mobilitas Indonesia atau setara nilai Rp 49,99 miliar. Sedangkan sisanya dikempit oleh Indika Energy Infrastructure sebesar 0,002% atau senilai Rp 1 juta.

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga terus memacu pembangunan pabrik pengolahan atau smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia, Kalimantan Utara. Smelter ini direncanakan rampung sekitar 2 tahun sampai 2,5 tahun ke depan.

Menurut Presiden Direktur ADRO Garibaldi ‘Boy’ Thohir, ke depan konsumen mobil, terutama mobil listrik yang tengah naik daun, sangat kritis terkait sumber aluminium untuk bodi dan sasis. Para customer mobil listrik menilai produk tersebut harus produk yang ramah lingkungan. Secara kritis, mereka juga mempertanyakan sumber daya listriknya sampai ke hulu.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, pembangunan smelter alumunium ini selaras dengan visi ADRO yang ingin menjadi green company di masa mendatang, serta mendiversifikasi sumber pendapatan dari segmen nonbatubara.

Felix menilai, diversifikasi ini  menjadi sebuah aksi korporasi yang baik karena ADRO berusaha untuk memanfaatkan potensi penggunaan alumunium yang diproyeksikan semakin tinggi. “Seperti dari industri, konstruksi, otomotif yang mana disebabkan oleh mulai pulihnya kegiatan ekonomi secara umum,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Rabu (30/3).

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) juga secara perlahan mengubah bisnisnya menjadi energi baru terbarukan (EBT). Sebelumnya TOBA dikenal sebagai perusahaan pertambangan batubara.

Dalam laporannya pertengahan Februari 2022, Analis BRIDanareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyebut, TOBA berencana untuk membentuk kembali bisnis intinya yang berfokus pada energi terbarukan (EBT) dalam beberapa tahun ke depan.

TOBA menargetkan 80% pendapatannya akan dihasilkan oleh bisnis energi hijau pada tahun 2025, melalui pembangkit listrik energi terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) roda dua di Indonesia.

Langkah serius TOBA masuk ke bisnis EBT juga dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan atau joint benture (JV) bernama Electrum dengan menggandeng Gojek. Langkah awal untuk mengejar target tersebut adalah penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dengan Gogoro.

Hasan berpandangan, TOBA layak mendapatkan valuasi premium dibandingkan dengan emiten penambang batubara lainnya. Sebab,TOBA tidak akan lagi dinilai sebagai perusahaan batubara dalam 2 tahun sampai 3 tahun ke depan.

Sementara itu, Felix berpandangan industri otomotif global memiliki perkembangan pangsa pasar atau market share yang tumbuh pesat. Sementara potensi market share di Indonesia masih cukup besar ke depannya. Hal ini ditunjang dengan beberapa kebijakan insentif bagi industri mobil listrik seperti PP No. 74/2021 yang menjadi pendorong penjualan mobil listrik di pasar dalam negeri.

“Sehingga, jika market share mobil listrik di Indonesia sudah cukup besar, maka ADRO sudah masuk terlebih dahulu di industri EV,” kata Felix.

Felix merekomendasikan beli saham ADRO dengan menaikkan target harga menjadi Rp 3.400 dari sebelumnya Rp 2.000. Panin Sekuritas masih mempertahankan outlook positif untuk ADRO.

Selain didukung oleh potensi pengembangan usaha di bidang energi terbarukan serta anak usaha Bhimasena Power Indonesia (BPI) yang bergerak di bidang utilitas, harga batubara juga diperkirakan tetap bertahan di level US$ 170 per ton sepanjang tahun.

Ini bertranslasi pada kelanjutan peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara milik ADRO. Prospek emiten tambang batubara ini juga ditunjang oleh posisi neraca yang sehat.

Baca Juga: Marhaban Ya Ramadan, Ini Saham Pilihan yang Menarik Dilirik di Bulan Puasa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat