KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten perkebunan telah merilis kinerja 2022. Mayoritas mencetak pertumbuhan kinerja positif. Analis menilai, para emiten masih mampu melanjutkan pertumbuhannya didorong sejumlah sentimen positif. Emiten-emiten tersebut adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (
LSIP), PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG). Dari keempat emiten tersebut hanya AALI yang mencetak penurunan kinerja dengan pendapatan dan laba bersih, masing-masing 10,25% dan 12,41%. Analis Pilarmas Investindo, Desy Israhyanti mengatakan, untuk tahun ini peluang emiten perkebunan tumbuh tetap ada. Peluang ini didorong permintaan tahun 2023 yang berasal dari campuran minyak nabati yang dinaikkan menjadi B-35.
Selain itu, pihaknya melihat strategi perusahaan dalam hal operasional dan mengelola profil tanamannya dapat menopang kinerja seperti dari sisi aktivitas
replanting atau peremajaan untuk tanaman tua. "Kami lihat juga adanya efek domino ke sektor ini yaitu dari pemilu yang berpotensi terdorongnya konsumsi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/3).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menambahkan, peningkatan permintaan dengan pulihnya permintaan di Tiongkok yang sejalan dengan akselerasi
economic recovery pasca dicabutnya zero covid
policy. Baca Juga: Laba Bersih Salim Ivomas Pratama (SIMP) Melesat 21% Sepanjang 2022 Katalis positif lainnya, dari periode Ramadan yang berpotensi mendorong konsumsi masyarakat, khususnya kebutuhan minyak goreng. Potensi peningkatan permintaan minyak goreng juga dapat terlihat dari keseriusan pemerintah untuk menjaga kebutuhan dalam negeri. "Pemerintah berencana meningkatkan pasokan minyak goreng melalui program Domestic Market Obligation (DMO) sebanyak 450 ribu ton/bulan selama tiga bulan yaitu pada Februari-April 2023 atau terjadi peningkatan sebesar 50% dari DMO bulanan yang dialokasikan sebesar 300.000 ton per bulan," paparnya. Di sisi lain, Desy juga mengingatkan bahwa sektor ini juga masih dihadapi tantangan dari sisi harga yang fluktuatif. Apalagi ia melihat saat ini masih dalam fase konsolidasi, serta faktor cuaca yang dapat menghambat aktivitas operasional. Dari berbagai sentimen tersebut, terlihat pergerakan harga saham keempat emiten tersebut cenderung masih kuat. Sejak awal tahun, keempatnya kompak mencetak kenaikan harga. Desy memperkirakan pergerakan harga saham emiten-emiten ini akan bergerak volatil. Namun, sentimen dari tahun pemilu masih akan memberikan optimisme terhadap
supply dan
demand saham CPO di
market.
Ia pun menilai saham DSNG dan TAPG menarik diperhatikan. Menurutnya, secara jangka pendek didorong solidnya kinerja tahun lalu. Selain itu, khusus DSNG didorong positioning perseroan yang fokus ke pasar domestik dan diversifikasi bisnisnya di karet. Sementara Rio menilai, secara valuasi keempat emiten tersebut memiliki rasio harga yang relatif lebih rendah dibandingkan PER (14,31 kali) dan PBV (1,76 kali) sektor konsumsi barang primer per Januari 2023. Namun, dilihat secara teknikal ia menyarankan investor bisa
trading buy AALI dengan target harga Rp8.500 - Rp8.725, lalu
spekulative buy DSNG dengan target harga Rp 680. Sementara untuk
sell on strength TAPG dengan target Rp 675 - Rp 685, dan
wait and see LSIP dengan
support Rp1.040 dan
resistance Rp1.115. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari