KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah fintech peer to peer (P2P) lending menerapkan sejumlah strategi agar penyaluran tahun depan dapat bertumbuh. Salah satunya PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) yang diketahui telah melewati target tahun ini dan optimistis bisa mencapai target yang telah ditentukan pada tahun depan. Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss mengatakan pada tahun depan perusahaannya menargetkan penyaluran dana sama seperti tahun ini, yakni Rp 12 triliun. Adapun perusahaan tersebut juga berhasil masuk dalam 10 besar penyelenggara fintech P2P lending dengan penyaluran pinjaman terbesar pada Agustus 2023 dengan penyaluran Rp 1,31 triliun, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan data yang dilansir dari situs resmi AdaKami, perusahaan tersebut telah berhasil mencatatkan total disbursement mencapai Rp 12,88 triliun hingga 31 November 2023.
Baca Juga: Menyimak Kisah Inspiratif dari Kesuksesan para Pengusaha Bersama Fintech P2P Mengenai hal tersebut, Jonathan menyampaikan pencapaian itu tak terlepas dari upaya perusahaan untuk memaksimalkan kebutuhan pasar. Dia bilang AdaKami juga menyasar kalangan yang membutuhkan pendanaan. "Sebenarnya kami surfing kebutuhan pasar. Jadi, pekerjaan rumah industri itu
gap kredit di Indonesia masih besar dan salah satunya dengan keberadaan AFPI malah menjawab kebutuhan kredit tersebut," ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (29/11). Jonathan tak memungkiri pasar yang masih besar akan dimanfaatkan pihaknya untuk terus berusaha melayani masyarakat. Dia pun menyampaikan ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi pihaknya untuk terus mempertahankan performa pendanaan. "Kami harus bisa memilih
user yang berkualitas dengan credit scoring dan kebiasaan membayar yang baik," ungkapnya. Oleh karena itu, Jonathan menyampaikan AdaKami juga harus berperan mengedukasi masyarakat sehingga mereka memahami ketika melakukan pinjaman berarti harus mengembalikan. AdaKami juga tak memungkiri akan membuka peluang ke depannya untuk mencari lender baru demi menambah setoran penyaluran. Sementara itu, PT Lunaria Annua Teknologi (KoinP2P) atau koinWorks juga membeberkan strategi jitu mereka dalam menyalurkan pendanaan. Adapun Koin P2P berhasil menempati posisi kelima dengan penyaluran Rp 0,93 triliun pada Agustus 2023, sesuai data OJK. Tercatat, total pinjaman hingga November 2023 sudah mencapai lebih dari Rp 8 triliun. Terkait hal itu, Tim Management KoinWorks mengatakan pencapaian penyaluran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya KoinP2P terus melakukan monitoring dan analisis terhadap sektor dan industri potensial yang bisa dilakukan penyaluran pendanaan. Selain itu, KoinWorks juga terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, berdasarkan riset yang dilakukan tim langsung bersama para pengguna. "Dalam satu tahun ini, KoinWorks berfokus pada pembiayaan melalui model
supply chain financing untuk sektor FMCG. KoinWorks menyediakan solusi tersebut untuk mendukung alur pasokan dan distribusi barang kebutuhan sehari-hari, termasuk ke daerah yang sulit dijangkau," ucap Tim Management KoinWorks kepada Kontan.co.id, Jumat (1/12).
Baca Juga: Ada 29 Fintech Lending Modalnya Masih Cekak di Bawah Rp 2,5 Miliar Mengenai strategi perusahaan menjaga penyaluran dana pada tahun depan, Tim Management KoinWorks menyebut pihaknya menjalankan analisis risiko yang ketat untuk menilai kredit dan kemampuan pembayaran peminjam. Ditambah juga melakukan diversifikasi portofolio, meningkatkan teknologi dan keamanan, serta pengelolaan likuiditas. Tim Management KoinWorks juga melakukan inovasi produk dan layanan sebagai cara untuk terus melakukan penyaluran pendanaan sesuai dengan kebutuhan para peminjam atau pengguna. Terkait proyeksi penyaluran pada masa mendatang, Tim Management KoinWorks melihat industri fintech P2P lending masih berpotensi untuk terus berkembang seiring dengan masih tingginya kredit gap, khususnya untuk UMKM di Indonesia. "KoinWorks melihat industri P2P masih akan terus menunjukkan potensi dan perkembangan yang positif hingga tahun depan," kata Tim Management KoinWorks. Tim Management KoinWorks juga menyatakan pada Oktober 2023, total Asset Under Management (AUM) KoinP2P mencapai lebih dari Rp 2,1 triliun. Hal tersebut terjadi karena KoinWorks saat ini menyasar target pasar yang lebih luas melalui kerja sama dengan berbagai mitra strategis untuk membentuk suatu ecosystem financing yang lebih inklusif dan merata. Selain itu, PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk atau Akseleran (AKSL) optimistis penyaluran pendanaan bisa tetap terjaga pada tahun depan dan mencapai target yang telah ditentukan. Adapun penyaluran Akseleran sampai akhir Oktober tahun ini mencapai Rp 2,4 triliun. Group CEO Akseleran Ivan Nikolas menyebut hingga akhir tahun targetnya sekitar Rp 3 triliun dan dinilai relatif stabil dari tahun lalu. Ivan mengaku pihaknya akan menyesuaikan terlebih dahulu dengan aturan baru yang dikeluarkan OJK untuk bisa meraih target pada tahun depan. Dia pun menganggap aturan baru yang akan diberlakukan tak akan menghambat pertumbuhan. Ivan menyatakan tetap optimistis perusahaannya bisa tetap tumbuh dengan aturan baru yang ada. Adapun pada tahun depan Akseleran menargetkan penyaluran pendanaan sekitar Rp 4 triliun hingga Rp 4,25 triliun. "Nilai itu naik sekitar 33% hingga 40% dari tahun ini, yang diproyeksikan akan berada di angka Rp 3 triliun," ungkapnya. Ivan menganggap aturan baru yang dikeluarkan OJK, khususnya soal bunga, dampaknya hanya ke produk dan
borrower tertentu, yaitu online merchant yang kecil. Adapun produk utama Akseleran, seperti invoice, hingga inventory financing, bisa dibilang tidak terdampak.
Baca Juga: Jurus Jitu Fintech Lending Antisipasi Debt Collector Melanggar Etika Penagihan Untuk meraih target tahun depan, Ivan menyatakan Akseleran telah menerapkan sejumlah strategi, yakni melakukan penetrasi pasar lebih luas dengan menggaet
borrower-borrower baru. Selain itu, dia berharap RPOJK pengganti POJK Nomor 10 bisa keluar dengan segera dan meningkatkan jumlah minimal pinjaman. Dengan demikian, Akseleran bisa menaikkan size pinjaman per
borrower. Ditambah Akseleran berusaha meningkatkan otomasi produk-produk tertentu sehingga bisa melakukan asesmen pinjaman dengan lebih efisien. Di sisi lain, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat selama permintaan masih cukup besar, penyaluran fintech P2P lending akan tetep meningkat pada tahu depan.
"Saya melihat permintaannya masih cukup tinggi. Faktornya, yakni kredit
gap masih tinggi, biaya hidup naik, hingga pendapatan naik terbatas. Jadi, permintaan akan masih sangat besar untuk tahun depan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (3/12). Menurut Nailul, munculnya kasus-kasus pinjol juga tak akan memengaruhi pertumbuhan. Dia menilai sebenarnya banyak kasus-kasus yang sudah lama terjadi, tetapi penyaluran dana masih meningkat dengan pertumbuhan yang signifikan. Dengan demikian, dia menganggap masyarakat Indonesia masih belum menganggap kasus sekarang menjadi penghambat. Menurutnya, salah satu penghambatnya, yakni pendanaan investasi yang akan makin terbatas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .