KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah fintech
peer to peer (P2P)
lending membeberkan berbagai penyebab yang dapat membuat tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 meningkat. PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) menyatakan faktor yang membuat TWP90 meningkat karena adanya kontribusi dari kegagalan
borrower dalam mengembalikan pinjaman. Direktur Utama Easycash Nucky Djatmiko mengatakan, ada sejumlah hal yang bisa membuat
borrower gagal mengembalikan pinjaman. Salah satunya disebabkan kondisi makroekonomi yang menantang sehingga memengaruhi daya beli masyarakat secara masif.
"Selain itu, TWP90 bisa meningkat apabila terdapat
borrower dalam komposisi besar kurang memiliki pemahaman yang baik dalam mengelola keuangan," katanya kepada Kontan, Kamis (9/1).
Baca Juga: Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Harus 40%-50%, Ini Kata Pengamat Untuk memitigasi peningkatan TWP90, Nucky menyampaikan Easycash berkomitmen untuk mematuhi regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan literasi keuangan melalui berbagai kegiatan dan saluran komunikasi. Ditambah melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama anak muda, untuk menyebarkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan digital. Adapun Easycash tercatat berhasil menjaga Tingkat Keberhasilan Bayar dalam waktu 90 hari (TKB90) di angka 100% per 9 Januari 2025. Sementara itu, fintech P2P lending Maucash menyatakan ada faktor eksternal dan internal yang bisa memengaruhi TWP90 menjadi meningkat. Direktur Marketing Maucash Indra Suryawan mengatakan faktor eksternal yang dialami
borrower, seperti kondisi ekonomi yang memburuk hingga keadaan industri yang sedang tidak baik. Untuk faktor internal dari
borrower, Indra bilang
cashflow yang buruk atau ada masalah di manajemen perusahaan, juga bisa berdampak pada angka TWP90
fintech lending. "Semua bergantung pada kondisi masing-masing perusahaan
borrower," ujarnya kepada Kontan, Kamis (9/1).
Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Fintech Lending Syariah Rp 1,22 Triliun per November 2024 Untuk mengantisipasi TWP90 tak membengkak, fintech
lending yang berfokus ke sektor produktif itu akan mengedepankan proses selektif memilih industri maupun
borrower dalam menyalurkan pembiayaan. "Hal itu sangat penting dan berpengaruh pada kualitas pembayaran ke depannya," katanya kepada Kontan, Jumat (10/1). Indra menyebut Maucash akan mengutamakan perusahaan yang memiliki reputasi keuangan yang baik dan usia usaha yang cukup. Selain itu, Maucash juga memilih perusahaan dengan kondisi permodalan dan
cashflow yang sehat. Dia bilang hal itu begitu penting karena ketika terjadi pemburukan ekonomi atau sektor industri,
borrower yang terdampak tetap mampu mempertahankan kulitas pembayaran. Selain itu, Maucash juga berfokus pada beragam portofolio di berbagai sektor usaha. Ditambah pembiayaan tidak hanya kuat dan besar di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Maucash mencatat TWP90 per akhir Desember 2024 sebesar 0,22%. Nilai itu terbilang membaik, jika dibandingkan posisi per akhir November 2024 yang sebesar 3,38%.
Baca Juga: Hampir 3.000 Pinjol Ilegal Diblokir Tahun 2024, Cek Namanya & Catat Pinjol Legal 2025 Senada dengan Maucash, fintech P2P lending Modalku juga menyebut ada sejumlah faktor yang bisa membuat TWP90 meningkat. Pada sektor produktif, Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto memahami bahwa bisnis bersifat dinamis dan kerap menghadapi tantangan yang memengaruhi kinerja UMKM. Salah satu tantangannya, seperti perubahan regulasi atau perlambatan ekonomi global maupun nasional yang dapat menurunkan daya beli masyarakat. "Dengan demikian, berpotensi mengganggu kestabilan cashflow bisnis UMKM," ucapnya kepada Kontan, Rabu (8/1). Faktor lainnya, seperti kurang ketatnya praktik penilaian kredit dapat berdampak pada penyaluran kredit yang kurang tepat sasaran. Dengan demikian, dapat berkontribusi terhadap meningkatnya angka TWP90.
Baca Juga: AFPI Optimistis Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Capai 40%-50% di 2025-2026 Untuk mengantisipasi TWP90 tak membengkak, Arthur bilang Modalku akan terus berupaya memastikan proses penilaian risiko yang komprehensif untuk meminimalkan potensi kredit macet di semua kategori
borrower. Selain itu, untuk menekan angka TWP90, Modalku juga mengutamakan kesehatan portofolio, sehingga secara konsisten menerapkan prinsip kehati-hatian
(prudential norm) dan manajemen risiko dalam pendanaan sebagai strategi mitigasi risiko. "Kami juga menyempurnakan kriteria penilaian kelayakan penerima dana secara berkala melalui kalibrasi berkala berdasarkan data historis penyaluran dan pengembalian," ujar Arthur.
Sebagai informasi, OJK mencatat TWP90 industri fintech lending per November 2024 sebesar 2,52%. Adapun TWP90 per November 2024 tercatat membaik dari posisi November 2023 yang sebesar 2,81%. Namun, TWP90 per November 2024 terbilang memburuk, jika dibandingkan dengan posisi Oktober 2024 yang sebesar 2,37%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati