KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan penyelenggara fintech peer to peer (P2P) lending membeberkan sejumlah strategi untuk bisa memenuhi kewajiban ekuitas minimal sebesar Rp 12,5 miliar yang harus dipenuhi paling lambat pada Juni 2025. Adapun hal ini menjadi amanat dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi. Menanggapi hal ini, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia atau Akseleran mengakui bahwa syarat pemenuhan ekuitas tersebut cukup sulit. Untuk itu, perusahaan melakukan sejumlah strategi agar bisa mengejar syarat ekuitas minimum Rp 12,5 miliar.
Baca Juga: 543 Pinjol Ilegal atau Rentenir Online per Februari 2025, Resmi dari OJK Group & Co Founder PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia Ivan Nikolas menyebutkan strategi yang dilakukan perusahaan di antaranya yaitu, mengandalkan laba atau pendapatan yang diperoleh perusahaan. Ivan mengatakan, hingga akhir Desember 2024, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 5%-10%. “Jadi kami mengerek ekuitas dengan berusaha terus mencetak laba. Artinya pendapatan bisa tumbuh dan disiplin terkait opex,” kata Ivan kepada Kontan, Jumat (14/2). Dengan begitu, ia menegaskan bahwa ke depannya Akseleran akan terus berusaha untuk bisa mencapai target laba, sehingga tiap bulannya ekuitas perusahaan dapat bertambah dan bisa mencapai syarat ekuitas tersebut. Namun, Ivan tak memungkiri bahwa syarat pemenuhan ekuitas dari OJK ini memiliki risiko yang tinggi, dan tak mudah mencari investor untuk masuk ke fintech P2P lending. Maka dari itu, Akseleran masih berusaha dengan mengandalkan laba perusahaan dan belum ada rencana untuk melakukan konsolidasi. “Pemenuhan ekuitas ini memang sulit, tapi kami belum ada rencana untuk lakukan konsolidasi untuk agar bisa memenuhi aturan, kami masih berusaha untuk terus mengandalkan laba,” ungkapnya. Baca Juga: Likuiditas Ketat Mengancam Bisnis Fintech Sementara itu, Ivan menyebutkan hingga saat ini besaran ekuitas Akseleran sudah mencapai Rp 10 miliar. Artinya, perusahaan masih harus mengejar ekuitas sebesar Rp 2,5 miliar. Kendati begitu, dia menilai, tujuan dari penguatan ekuitas ini sangat positif, karena untuk memastikan setiap platform fintech P2P lending punya kesehatan keuangan yang baik, di mana mampu menopang operasional perusahaan. “Jadi syarat ekuitas ini wajar ya. Tinggal kami make sure business-nya profitable sehingga ekuitas bisa naik,” ungkapnya. Lebih jauh lagi, Ivan menyebutkan, sepanjang tahun 2024, Akseleran telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 2,93 triliun. Sedangkan untuk target penyaluran pinjaman di tahun 2025, Ivan bilang yakni senilai Rp 3,5 triliun atau naik sekitar 20% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.