KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) melebihi ekspektasi. Hasilnya, mendorong penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang global. Berdasarkan data
Bloomberg, sepekan lalu poundsterling (GBP) melemah dari £ 1,26 di awal pekan ke £ 1,24 per dolar AS di akhir pekan. Lalu, dolar Australia (AUD) juga melemah dari A$ 0,64 ke A$ 0,63 per dolar AS dan menjadi nilai yang terendah sepanjang tahun ini. Selanjutnya dolar AS juga mencetak angka tertingginya terhadap yen (JPY) ke US$ 147,83 dari awal pekan di US$ 146,47. Sementara euro (EUR) pada akhir pekan kemarin naik terhadap dolar AS ke € 1,0700, tetapi cenderung melemah juga selama sepekan dengan di awal pekan di level € 1,0796.
Baca Juga: Mata Uang Global Tertekan Keperkasaan Dolar AS Presiden HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, indeks dolar masih menuju kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut. Hal ini karena data ekonomi yang kuat menambah kelonggaran bagi Federal Reserve untuk tetap bersikap
hawkish dalam jangka waktu yang lama. Klaim pengangguran baru di AS turun ke level terendah dalam enam bulan pada minggu terakhir bulan Agustus, mengejutkan ekspektasi pasar akan peningkatan yang moderat, menantang data terbaru yang menunjukkan adanya pelemahan di pasar tenaga kerja. Selain itu, PMI Jasa ISM di AS secara tak terduga naik ke level tertinggi dalam enam bulan di bulan Agustus, mencerminkan ketahanan terhadap biaya pinjaman yang tinggi. Di sisi lain, lemahnya data di Eropa dan Asia meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral besar lainnya mungkin akan menghentikan pengetatan kebijakan mereka untuk mengakomodasi pertumbuhan yang lebih lambat. "Untuk sementara, dolar AS unggul di semua papan, pada basis bulanan CAD minus 1,68%; CHF minus 1.94%; GBP minus 2,22%; EUR minus 2,38%; AUD minus 2,59%; JPY minus 2,99% dan NZD minus 3,02%," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/9).
Baca Juga: Rupiah Berpeluang Melemah Pada Senin (11/9), Berikut Sentimen yang Membayangi Sutopo menyebut, EUR dan GBP masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar satu per empat poin bulan ini. "Bank Sentral tampaknya cukup berhati-hati karena ekonomi di wilayah tersebut memperlihatkan dampak dari kenaikan sebelumnya," sambungnya. Sementara RBA masih mempertahankan suku bunga acuannya pekan lalu dan hanya menegaskan akan ada kemungkinan kenaikan lanjutan karena inflasi yang lengket. Namun, dampak terbesar terlihat dari kemunduran ekonomi China sebagai mitra dagang Australia, membuat neraca perdagangan mengalami defisit sehingga menekan AUD. Yen telah melemah jauh, dan pelemahan yang terus-menerus membuka peluang untuk intervensi dari BOJ. "Sehingga dari empat mata uang ini, kemungkinan memegang yen lebih baik, karena telah mendekati harga tinggi 32 tahun dan risiko yang tersedia telah menipis," katanya.
Baca Juga: Kurs Rupiah Berpotensi Menguat Sepekan Mendatang Sutopo memperkirakan, nilai tukar EURUSD diperkirakan diperdagangkan pada 1,05 pada akhir kuartal ini. Sementara di akhir tahun diperkirakan akan diperdagangkan hingga 1,01. Lalu, GBPUSD diperkirakan diperdagangkan pada 1,22 pada akhir kuartal ini, dan akhir tahun 1,15. AUDUSD diperkirakan diperdagangkan pada 0,62 pada akhir kuartal ini, dan 0,60 di akhir tahun. "Sedangkan USDJPY diperkirakan diperdagangkan pada 150,75 pada akhir kuartal ini, tetapi intervensi dan perubahan imbal hasil JPY dapat membawa yen menguat hingga 130 pada akhir tahun," imbuh dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati