KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus menyiapkan berbagai kebijakan untuk menjaga perekonomian Indonesia agar tetap stabil. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah juga akan terus memonitor dinamika ekonomi global yang terus mengalami perubahan, salah satunya terkait kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat (AS) seperti terkait tarif. Meskipun sejumlah negara menghadapi risiko resesi yang lebih tinggi, Airlangga menyebut bahwa Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik.
Menurut data Bloomberg pada Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia kurang dari 5%, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Meksiko (38%), Kanada (35%), dan Amerika Serikat (25%). Baca Juga: Defisit APBN Capai Rp 31 Triliun per Februari 2025, Ini Kata Menko Airlangga Kendati begitu, menurut Airlangga, dengan fondasi ekonomi nasional yang solid, diversifikasi mitra dagang, serta hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia berpeluang besar menjaga stabilitas dan daya saingnya ditengah gejolak ini. "Tentu diperlukan komitmen dan sinergi dari semua pihak untuk bekerja bersama dalam terus membangun fundamental ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan," kata Airlangga dalam keterangan resminya, Sabtu (15/3). Sepanjang tahun 2024, perekonomian nasional menunjukkan ketahanan yang optimal, dengan capaian pertumbuhan PDB mencapai 5,03% (yoy). Sejumlah provinsi juga menunjukkan pertumbuhan regional yang pesat, seperti Papua Barat dan Maluku Utara yang masing-masing tumbuh sebesar 20,8% dan 13,73%, yang didukung tumbuhnya sektor industri pengolahan serta pertambangan & penggalian. Selain itu, beberapa leading indicator perekonomian nasional juga mencatatkan angka yang impresif sehingga menunjukkan optimisme masih kuat. Baca Juga: Bappenas: Target Ekonomi 8% akan Didorong dari Sisi Lapangan Usaha dan Pengeluaran Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level optimis sebesar 126,4 pada Februari 2025, PMI Manufaktur yang tetap ekspansi di level 53,6, serta inflasi yang terkendali yakni deflasi 0,48% (mtm) karena masih adanya program diskon tarif listrik, dengan komponen inti mengalami inflasi 0,25% (mtm). "Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2025, pemerintah mendorong peningkatan demand dan supply dalam mendukung pergerakan ekonomi saat libur Lebaran," katanya. Berbagai program yang disiapkan pemerintah jelang Hari Raya Idul fitri tersebut mulai dari program pariwisata selama periode Idulfitri yang diproyeksikan akan terdapat sebanyak 122,1 juta perjalanan wisatawan, insentif PPN DTP yang ditambah sebesar 6% untuk tiket transportasi, diskon tarif tol 20% untuk perjalanan jarak jauh (Barrier Gate to Barrier Gate) di beberapa ruas tol, pada H-7 hingga H-4 Idul Fitri, serta H+7 hingga H+8 Idul Fitri, hingga percepatan program kendaraan bermotor listrik yang telah disepakati bantuan Pemerintah sebesar Rp 7 juta per unit motor.