Sejumlah pemain multifinance masih gencar mencari pinjaman valas di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance dalam negeri ternyata masih gencar dalam mencari pendanaan berbentuk valuta asing atau valas di tahun 2019 ini. Misalnya, Adira Finance yang telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi sebesar US$ 350 juta beberapa waktu lalu. Adapun bank yang berpartisipasi berasal dari Taiwan, Singapura, dan Jepang.

Dalam proses penerbitan pinjaman sindikasi ini, Adira Finance menunjuk BNP Paribas, DBS Bank Ltd., Malayan Banking Berhad Singapore Branch, MUFG Bank Ltd, dan United Overseas Bank Limited sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners.

Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan untuk pendanaan valas tahun ini sudah melebihi target yaitu sebesar US$ 300 juta atau Rp 6 triliun.  "Posisi pinjaman per Mei 2019 sebesar Rp 23,3 triliun. Dari jumlah ini, hanya Rp 6,6 triliun adalah pinjaman valas atau porsinya sekitar 28%. Pinjaman dari bank lokal Rp 5,6 triliun, dari penerbitan obligasi dan sukuk sebesar Rp 11,1 triliun," ujarnya kepada Kontan.co.id, belum lama ini.


Baca Juga: Usai IPO, Fuji Finance Indonesia (FUJI) targetkan laba tumbuh dua kali lipat

Made bilang, pendanaan ini nantinya akan dipergunakan untuk mendukung bisnis pembiayaan perseroan dan akan digunakan untuk membantu pencapaian pertumbuhan pembiayaan sebesar 5%-10% di tahun ini.

Multifinance lain, PT Federal Internasional Finance (FIF Group) juga telah menandatangani pinjaman sindikasi sebesar USD 400 juta. ”Pinjaman club sebesar US$ 200 juta dari Bank. Bank yang memberi pinjaman berasal dari Jepang, Korea, Hong Kong, Australia, dan Singapura,” ujar Direktur Keuangan FIF Hugeng Gozali kepada Kontan.co.id.

Hugeng juga mengungkapkan, di luar bonds untuk pinjaman bank, masih imbang antara rupiah dan valas.

Sementara itu, pemain lainnya yaitu Buana Finance membutuhkan pendanaan sebesar Rp 3,2 triliun tahun ini. Dari jumlah itu, Buana Finance mengincar pendanaan valas sebesar Rp 2,6 triliun. Corporate Secretary Buana Finance Ted Suyani mengatakan pihaknya saat ini masih menjajaki pendanaan offshore yang diharapkan bisa mencapai di sekitar Rp 1,2 triliun. 

Baca Juga: Penyaluran kredit kendaraan bermotor di sejumlah bank tumbuh membaik

Sedangkan Buana Finance sebelumnya telah memperoleh pendanaan dari sindikasi perbankan yaitu Bank BCA senilai Rp 1 triliun dan Rp 100 miliar dari Bank QNB Indonesia. Sehingga, masih ada kekurangan kurang lebih sebesar Rp 1,6 triliun lagi yang harus didapatkan Buana Finance.

"Kebutuhan sampai akhir tahun kita sudah ada beberapa cadangan sindikasi lead by Bank BCA, Danamon, Standchart, OCBC dan QNB, saat ini posisi pinjaman masih di dominasi dalam negeri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/7).

Di kuartal IV, Buana Finance juga akan menerbitkan obligasi sekitar Rp 500 miliar hingga Rp 600 miliar. Namun, penerbitan obligasi tersebut akan melihat kondisi pasar.

Baca Juga: Baru dua bulan terdaftar di OJK, Alami salurkan pinjaman Rp 10,8 miliar per Juni

Di sisi lain BCA Finance belum menjaring pendanaan luar negeri. Namun, Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi dengan melihat kondisi pasar. "Kalau bunganya menarik, bisa saja. Sejauh ini belum ada. kami baru dapat dari bank lokal dan ada bank asing yang beroperasi di Indonesia," katanya.

Saat ini BCA Finance sedang fokus dengan penerbitan obligasi yang direncanakan di bulan Oktober nanti. Plafon obligasi BCA Finance di Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II sebesar Rp 10 triliun, dan penerbitan pertama sebesar Rp 1,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi