KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023. Dalam dokumen World Economic Outlook yang diluncurkan pada awal Februari 2023 ini, lembaga tersebut meyakini pertumbuhan ekonomi global 2023 bisa tumbuh 2,9% secara tahunan atau
year on year (yoy). Ini lebih tinggi dari perkiraan semula yang diluncurkan pada Oktober 2022. Pada waktu itu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mentok di 2,7% yoy.
IMF menemukan ada dua hal yang berpotensi mendorong prospek perekonomian global pada tahun 2023. Ini termasuk hal yang terjadi di masing-masing negara dunia.
Baca Juga: IMF Yakin Inflasi Global Melandai Akibat Penurunan Harga Energi dan Kebijakan Moneter Pertama, terkait peningkatan permintaan yang sempat tertahan (
pent-up demand). Peningkatan permintaan yang sempat tertahan didorong oleh tabungan masyarakat yang memadai. Kemudian, ada dukungan fiskal dari pemerintah pada masa pandemi yang turut menjaga daya beli masyarakat. Dalam banyak kasus, pasar tenaga kerja masih ketat sehingga ada pertumbuhan upah yang solid. IMF mengambil contoh, di beberapa negara maju menunjukkan rumah tangga memiliki tabungan yang cukup, seperti di Amerika Serikat (AS). Sedangkan di kawasan Eropa dan Inggris, masyarakat nampak masih menambah tabungan mereka untuk berjaga-jaga. Hal ini menyisakan ruang untuk dorongan konsumsi lebih lanjut, khususnya untuk permintaan jasa dan pariwisata.
Namun, IMF juga mengingatkan hal ini tetap membawa risiko yaitu peningkatan inflasi inti yang bisa melecut kebijakan moneter yang lebih ketat sehingga progres pemulihan ekonomi terhambat.
Baca Juga: Ekonomi Global Tak Menentu, IMF Ramal Ekonomi RI Cuma Tumbuh 4,8% pada Tahun 2023 Kedua, potensi disinflasi yang lebih cepat. Pelonggaran tekanan pasar tenaga kerja di beberapa negara maju karena berkurangnya lowongan kerja dipercaya mampu menahan laju inflasi. Selain itu, IMF juga melihat masyarakat mulai beralih ke konsumsi jasa, sehingga mampu menekan inflasi dari sisi barang. Perkembangan ini menguntungkan karena sebagai tanda kebijakan moneter bank-bank sentral dunia akan lebih dovish.
Editor: Noverius Laoli