KONTAN.CO.ID - JAKARTA. SKK Migas mengungkapkan banyak perusahaan yang berminat menggantikan perusahaan Rusia, Zarubezhneft dalam pengelolaan Blok Tuna. Seperti diketahui, perusahaan migas asal Rusia ini berencana melepas 50% hak partisipasinya di Blok Tuna. Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah SKK Migas Benny Lubiantara mengungkapkan, pihak Zarubezhneft meminta waktu untuk proses divestasi yang sedang berlangsung.
"Dari mereka (menyampaikan) masih ada beberapa potensi yang meminta untuk melihat data room lagi. Jadi mereka minta untuk mundur dulu (waktunya). Rupanya yang berminat cukup banyak" kata Benny dalam Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas 2023, Jumat (12/1).
Baca Juga: Banyak Perusahaan Minat Gantikan Rusia di Blok Tuna Benny menjelaskan, dengan proses divestasi yang masih berlangsung ini, diharapkan kepastian pengganti operator bisa diperoleh pada kuartal I 2024 ini. Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, selama ini proses divestasi terkendala karena sejumlah perusahaan migas mengalami kendala transaksi bisnis seiring dikenakannya sanksi bagi Rusia. "Tapi peminatnya cukup banyak karena cadangannya bagus dan marketnya jelas. Kita tunggu beberapa saat," tambah Dwi. Kontan mencatat, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan saat ini peminat Blok Tuna sudah mengerucut dari yang sebelumnya diminati 20 perusahaan kini sudah menjadi 4 sampai 5 perusahaan saja. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menerangkan, saat ini sudah ada 4 perusahaan hingga 5 perusahaan yang berminat di Blok Tuna. Hanya saja dirinya tidak bisa memerinci siapa saja perusahaan tersebut.
Baca Juga: SKK Migas Percaya Diri Tangkapan Besar Migas Akan Jadi Magnet Tarik Investor “Jadi ini merupakan business to business, ada perusahaan yang cukup kompeten secara finansial maupun teknis,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (16/10). Adapun beberapa perusahaan tersebut ada yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi