Sejumlah Perusahaan Multifinance Ambil Langkah Usai BI Pangkas Suku Bunga Acuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate yang menjadi 6%, pasar obligasi dinilai berpotensi terdampak positif. Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance turut mengambil keputusan.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024. 

Usai pemangkasan suku bunga acuan ini, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) berencana menerbitkan kembali Sukuk berkelanjutan Tahap II pada tahun 2025 mendatang.


Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan, pihaknya berharap dengan penurunan suku bunga akan berdampak pada kepercayaan market sehingga bisa berkontribusi pada perekonomian Indonesia untuk dapat tumbuh lebih tinggi.

Pada semester I-2024, CNAF telah menerbitkan Sukuk Berkelanjutan I Wakalah Bi Al Ististmar dengan jumlah pokok Rp 1 triliun. Dana dari penerbitan tersebut telah diterima pada bulan Juli 2024. 

Baca Juga: Pefindo: Multifinance Akan Manfaatkan Penurunan Bi Rate untuk Refinancing Surat Utang

"Sukuk yang diterbitkan CNAF tersebut disambut baik oleh market sehingga CNAF berhasil meraih over subscribe sebanyak 2,2 kali. Hal ini menunjukkan kepercayaan terhadap perseroan semakin tinggi, dan diharapkan penyaluran pembiayaan CNAF semakin bertumbuh di kuartal selanjutnya," kata Ristiawan kepada Kontan, Jumat (27/9).

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance juga menyambut baik penurunan suku bunga acuan. Belum lama ini, pada 24 September 2024 perusahaan telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap IV dengan jumlah pokok Rp 2 triliun.

Obligasi tersebut terdiri dari tiga seri, meliputi obligasi satu tahun, tiga tahun, dan lima tahun. Dana dari penerbitan obligasi tersebut akan diterima Adira Finance pada bulan Oktober 2024.

Adira Finance menilai, dampak yang dirasakan atas penurunan suku bunga acuan terhadap perusahaan pembiayaan akan terasa ketika perusahaan tersebut bisa memperoleh sumber pendanaan baru.

Chief of Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani mengatakan, per Juni 2024 sebesar 36% dari total, sumber pendanaan Adira Finance masih melalui obligasi dan sukuk. Sisanya diperoleh dari pinjaman perbankan baik dalam negeri maupun luar negeri. 

"Jika ada rencana penerbitan obligasi dan sukuk selanjutnya,  tentunya dilakukan sesudah Perusahaan mengamati kondisi pasar terkini dan kebutuhan pendanaan ke depannya," ujarnya kepada Kontan, Jumat (27/9).

Kemudian, PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menyampaikan akan mengoptimalisasi kerja sama dengan perbankan usai penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.

Direktur Operasional BRI Finance, Willy Halim Sugiardi menjelaskan, momentum penurunan suku bunga ini akan dimanfaatkan untuk memperkuat pendanaan.

"Strategi yang kami lakukan yakni dengan membai pendanaan dalam dua kategori, yaitu short term dan long term," kata Willy kepada Kontan, Jumat (27/9).

Sementara itu, untuk penerbitan obligasi di sisa tahun 2024 ini, BRI Finance masih dalam tahap mengkaji kebutuhan pendanaan secara internal serta memantau kondisi perekonomian global dan kondisi pasar.

Baca Juga: Mandala Finance Ungkap Penyaluran Pembiayaan Capai Rp 4,7 Triliun per Agustus 2024

Di sisi lain, terdapat sejumlah perusahaan yang belum berencana untuk menerbitkan obligasi usai penurunan suku bunga. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) dan PT Mandala Multifinance Tbk atau Mandala Finance (MFIN) belum memiliki rencana untuk menerbitkan obligasi pada sisa tahun 2024 ini.

Managing Director Mandala Finance Christel Lesmana mengatakan, pada kuartal III dan kuartal IV tahun ini, perusahaan tidak memiliki rencana untuk menerbitakan obligasi. 

"Mengenai sumber pendanaan Mandala, hingga saat ini mayoritas berasal dari perbankan, dana internal kas, serta melalui penerbitan surat berharga," kata Christel kepada Kontan, Jumat (27/9).

Meksi demikian, Mandala Finance akan tetap memonitor efek penurunan suku bunga selama beberapa bulan ke depan hingga ke awal tahun 2025. Selain itu, Mandala Finance juga akan menerapkan strategi pendanaan yang optimial sesuai dengan kondisi pasar.

"Kami juga menerapkan berbagai strategi untuk mengatur pendanaan yaitu dengan mencari sumber yang memiliki bunga kompetitif dan menjaga komposisi yang berimbang antara berbagai sumber pendanaan tersebut, dan saat ini pendanaan Mandala sudah sesuai target tahun 2024," tambah Christel.

Kemudian, Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi menjelaskan, sampai dengan akhir tahun perusahaan masih akan melihat dan melakukan analisa terhadap kondisi pasar dalam memperkuat strategi pendanaan.

"Namun realisasi penerbitan obligasi WOMF di awal Juli sangat baik, dengan bookbuilding yang oversubscribed," kata Cincin kepada Kontan, Jumat (29/9).

Kendati demikian, WOM Finance juga terus memantau dan melakukan analisa terhadap kondisi pasar.

Baca Juga: Adira Finance Salurkan Pembiayaan Mobil Rp 9,4 Triliun hingga Agustus 2024

Sementara itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai, perusahaan pembiayaan bisa memanfaatkan pemangkasan ini untuk melakukan refinancing. 

Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan, pada fase awal pelonggaran moneter seperti saat ini, penerbitan obligasi kemungkinan akan lebih didorong oleh kebutuhan untuk refinancing daripada modal kerja atau investasi.

"Suku bunga rendah memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperbaiki leverage keuangan mereka. Suku bunga rendah berarti penurunan biaya penerbitan," kata Nasrudin kepada Kontan, Jumat (27/9).

Sehingga, perusahaan multifinance bisa me-refinancing obligasi dengan yang lebih murah, dan memungkinkan untuk memperbaiki leverage keuangan perusahaan. Kendati demikian, peningkatan penerbitan obligasi untuk kebutuhan modal kerja dan investasi nampaknya masih akan relatif terbatas di awal siklus pemangkasan suku bunga ini. 

Nasrudin menyebut, pemangkasan suku bunga biasanya tidak akan secara cepat berdampak pada prospek permintaan dan profitabilitas perusahaan, yang mana merupakan faktor pendorong bagi perusahaan untuk berinvestasi dan menerbitkan surat utang. 

"Kami mengharapkan penerbitan akan lebih semarak hingga akhir tahun, terutama didorong oleh kebutuhan refinancing sementara pendanaan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja masih akan relatif terbatas hingga akhir tahun 2024," tuturnya.

Berdasarkan catatan data Pefindo, hingga Agustus 2024, realisasi penerbitan obligasi relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan delapan bulan pertama tahun 2024. Nilai penerbitannya mencapai Rp 89,74 triliun, naik secara year on year (YoY) dari senilai Rp 87,18 triliun.

Sama seperti posisi tahun lalu, multifinance masih menjadi kontributor terbesar meski penerbitan yang direalisasikan oleh multifinance cenderung lebih rendah, yakni Rp 18,01 triliun hingga Agustus 2024. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, penerbitan tercatat senilai Rp 25 triliun.

Baca Juga: APPI: Penurunan Suku Bunga Buka Peluang Bagi Multifinance Masuk Pasar Obligasi

Selanjutnya: Digital Jadi Mudah Perkenalkan Layanan Pembayaran Internasional Terbaru

Menarik Dibaca: Larangan Angkutan Barang Sumbu 3 Akan Dikaji Ulang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati