Sejumlah perusahaan pembiayaan mencatatkan kenaikan NPF di awal tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) 2,71% pada Maret 2019. Nilai ini jauh membaik dibandingkan kuartal pertama 2018 di level 3,25%.

Namun, sejumlah perusahaan pembiayaan justru mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah di awal 2019 ini. Misalnya PT Adira Dinamika Multifinance Tbk atau Adira Finance yang memiliki NPF di posisi 1,7% pada kuartal pertama 2019, Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli menyebut nilai ini naik tipis dari posisi kuartal pertama 2018 sebesar 1,6%.

"Kendati demikian kita targetkan di sepanjang 2019 ini NPF di bawah 2%. Saat ini kita juga belum akan menawarkan down payment (DP) 0%. Sebab kita masih tumbuh tinggi, pembiayaan kami kuartal 1-2019 naik 9%," ujar Hafid kepada Kontan.co.id pada Selasa (22/4).


Hafid menyebut hingga kuartal pertama 2019 ini pembiayaan masih ditopang oleh kendaraan sepeda motor yang menyumbang 50% dari total pembiayaan. Padahal tahun lalu pembiayaan sepeda motor hanya 48%. Sedangkan kontribusi pembiayaan mobil berkontribusi 44% tahun lalu 45%. Sisanya pembiayaan lainnya multiguna dan elektronik.

Sementara pemain lain, BNI Multifinance juga mengalami kenaikan NPF. Hingga Maret 2019, NPF BNI Multifinance sebesar 1,07%. Nilai ini naik dibandingkan Maret 2018 sebesar 0,89%. 2019.

Direktur Utama BNI Multifinance Hasan Gazali Pulungan bilang kenaikan NPF terjadi lantaran beberapa tagihan debitur yang tertunda pembayarannya. Sedangkan secara segmen, lebih banyak di segmen menengah.

Selain itu, Ia menyebut kenaikan ini juga lantaran terjadinya tren kenaikan NPF di Juli 2018. Ia juga mengklaim NPF di kuartal 1-2019 lebih baik di banding kuartal 4-2018 sebesar 1,18% menjadi 1,07%.

Ia memperkirakan pihaknya dapat menjaga pinjaman bermasalah di level 1,15% pada penghujung 2019. Menurut dia target NPF tersebut seiring dengan target pembiayaan sebesar Rp 2,5 triliun tahun ini.

Guna mampu mempertahankan risiko pembiayaan, anak perusahaan dari PT Bank Negara Indonesia Tbk ini telah menyiapkan berbagai strategi. Mulai dengan menerapkan selektif risiko rendah dengan menggarap kebutuhan debitur BNI yang membutuhkan jasa perusahaan pembiayaan.

"Meningkatkan sinergi dengan relationship manager kecil, Menengah dan Korporasi dengan menyosialisasikan aneka produk BNI Multifinance yang dibutuhkan debitur yang dikelolanya. Meningkatkan kapabilitas SDM yang ada terkait pemahaman Bisnis. Meningkatkan IT untuk mengakselerasi berbagai Transaksi," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi