KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih
(net sell) pada perdagangan hari ini, Rabu (7/7). Menurut catatan RTI,
net sell asing di bursa mencapai Rp 188,34 miliar. Asal tahu saja,
net sell hari ini memperkokoh aksi jual bersih investor asing yang sudah terjadi selama sepekan terakhir yang sudah mencapai Rp 1,12 triliun. RTI mencatat, 10 saham yang paling banyak dilepas asing dalam sepekan adalah:
- TLKM ( Rp 575,4 miliar),
- BBCA (Rp 154,7 miliar),
- BFIN (Rp 121 miliar),
- MMLP ( Rp 116,1 miliar),
- AMRT (Rp 51,7 miliar),
- TBIG (Rp 40,7 miliar),
- UNVR (Rp 35,5 miliar),
- ADRO (Rp 34,2 miliar),
- ERAA (Rp 32 miliar), dan
- BBRI ( Rp 28,6 miliar).
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mencermati, keluarnya investor asing dari bursa dipengaruhi melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Peningkatan kasus ini mendorong pemerintah melakukan pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Ada potensi perlambatan
earning di tahun 2021, jadinya asing cenderung melepas," ujar Hendriko kepada Kontan.co.id, Rabu (7/7).
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas gelar kompetisi trading saham, nilai transaksinya capai Rp 19 T Oleh karenanya, investor asing cenderung menjual saham-saham yang dimiliki yang biasanya berkapitalisasi besar. Sehingga tidak mengherankan jika 10 saham yang dilepas asing itu diwarnai oleh saham-saham jumbo seperti TLKM, BBCA, BBRI, dan UNVR. Untuk TLKM, Hendriko mencermati, industri telekomunikasi tengah terjadi konsolidasi saat ini. Sehingga,
market share dari TLKM berpotensi tergerus. Sementara untuk saham-saham lain yang bukan
big caps, Hendriko memperkirakan, investor asing melepasnya karena punya pandangan tersendiri terkait saham-saham tersebut. Hal ini pun dianggap wajar. Terhadap saham-saham yang dijual asing itu, investor dengan strategi jangka pendek dan menengah lebih baik menerapkan
wait and see. Investor dapat beralih dahulu ke saham-saham
second liner dan
third liner.
Baca Juga: Berikut prospek valuta asing pada kuartal ketiga 2021 Akan tetapi untuk investor dengan strategi jangka panjang, beberapa saham dianggap masih atraktif, seperti
TLKM,
BBCA,
BBRI, dan
ADRO. Di tengah pandemi Covid-19, kinerja TLKM diproyeksi tetap baik mengingat permintaan dari masyarakat yang tinggi untuk keperluan kerja maupun belajar dari rumah. Sehingga, kinerja TLKM diperkirakan masih stabil. Untuk ADRO, Hendriko melihat, sentimen harga batubara yang tinggi belum tercermin dalam pergerakan harga sahamnya sejauh ini. Sementara untuk saham perbankan seperti BBCA dan BBRI, keduanya merupakan saham penggerak atau saham
movers. Ketika kondisi mulai pulih dan indeks kembali membaik, kedua saham ini juga diprediksi akan terkerek. Terhadap keempat saham tersebut, Hendriko menyarankan membelinya dengan target harga Rp 4.000 per saham untuk TLKM, Rp 39.200 per saham untuk BBCA, Rp 4.700 per saham untuk BBRI, dan Rp 1.700 per saham untuk ADRO.
Baca Juga: Melemah 0,05% hari ini, simak pergerakan IHSG untuk Kamis (8/7) Tidak jauh berbeda, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan, investor bisa
buy on weaksness saham-saham yang tertekan karena aksi jual investor asing. Ia pun melihat
BBCA,
BBRI,
ERAA, dan
ADRO masih atraktif. "Sentimen dan
history dari pergerakan saham-saham tersebut setelah melemah beberapa waktu," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/7). Adapun target harga BBCA berada di Rp 34.000 per saham, BBRI di Rp 4.250 per saham, ERAA di Rp 740 per saham, dan ADRO Rp 1.350 per saham. Lebih lanjut William mengungkapkan, investor asing dapat kembali ke bursa apabila kasus Covid-19 kembali terkendali. Menurut dia, hal ini bisa menarik kembali dana asing karena investor menjadi lebih berani dalam berinvestasi.
Baca Juga: Sentimen eksternal dan peningkatan kasus Covid-19 melemahkan rupiah Senada, Hendriko bilang,
outflow dipicu oleh kekhawatiran investor asing akan tekanan pendapatan emiten karena adanya pengetatan PPKM. Oleh karenanya,
inflow asing memungkinkan terjadi apabila kasus Covid-19 di Tanah Air kembali menurun. Di tengah bayang-bayang sentimen pengetatan PPKM, nilai transaksi di nilai masih terbilang normal atau wajar. Sebagai gambaran, nilai transaksi di bursa tercatat Rp 13,73 triliun hari ini. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding nilai transaksi kemarin Selasa (6/7) yang tercatat Rp 12,3 triliun. Pada perdagangan hari Senin (5/7) nilai transaksinya mencapai Rp 9,97 triliun. Rata-rata nilai transaksi di bursa pada pekan lalu, 28 Juni - 2 Juli 2021, mencapai Rp 11,36 triliun. Adapun di tengah investor asing yang terus melakukan aksi jual, Hendriko mencermati, investor domestik cenderung mendominasi transaksi beli di bursa.
Baca Juga: IHSG turun tipis 0,05% ke 6.044 pada Rabu (7/7), net sell asing capai Rp 188 miliar Lebih lanjut diungkapkan, selama beberapa bulan terakhir ketika IHSG tidak banyak mengalami pergerakan, investor domestik cenderung masuk di saham-saham
second liner dan
third liner. Investor membeli saham-saham teknologi dan digital, saham bank digital, maupun saham-saham berkaitan dengan kesehatan. "Selama IHSG tidak kemana-mana, saham-saham itu yang menahan," ujar Hendriko.
Sementara itu, William beranggapan, investor domestik masih ramai di bursa mengingat pasar modal bisa menjadi alternatif pendapatan di tengah kebutuhan hidup masyarakat yang meningkat saat pandemi Covid-19. Salah satunya, permintaan akan produk-produk berkaitan dengan kesehatan di tengah pandemi. Di sisi lain, kondisi PPKM mengharuskan masyarakat mengurangi mobilitas dan beraktivitas di rumah saja. Ini mendorong banyak masyarakat masuk pasar modal sebagai kegiatan sambilan.
Baca Juga: MIKA dan HEAL dinilai bisa pertahankan kinerja, analis merekomendasikan beli Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati