KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asuransi umum tampaknya akan dihadapkan sejumlah tantangan pada tahun depan. Sejumlah asuransi umum bahkan menyebut tantangan itu berpotensi menghambat kinerja industri. Misalnya, PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI) menyampaikan salah satu tantangan yang akan dihadapai tahun depan, yakni kondisi konflik global, termasuk konflik Timur-Tengah dan Rusia yang masih terjadi.
Marketing Director Great Eastern General Insurance Indonesia Linggawati Tok menerangkan kondisi itu bisa berdampak pada perkembangan asuransi pengangkutan. Sebab, banyak kegiatan ekspor dan impor berpotensi terganggu.
"Tantangan lain, yakni kondisi bisnis untuk beberapa sektor juga mengalami penurunan semisal tekstil yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar," katanya kepada Kontan, Jumat (6/12). Tantangan terakhir, yaitu kondisi ekonomi global cukup memengaruhi deflasi beruntun yang terjadi di Indonesia. Linggawati mengatakan perusahaan-perusahaan berbasis impor sudah tidak bisa menyerap tenaga kerja baru karena pasar yang bermasalah. Hal-hal tersebut secara langsung memengaruhi perkembangan industri asuransi di Indonesia.
Baca Juga: OJK Luncurkan Pedoman Akses Pelayanan Keuangan untuk Disabilitas Berdaya (Setara) Meskipun demikian, Linggawati tetap optimistis perusahaan bisa mencatatkan kinerja positif pada tahun depan. Dia mengatakan pihaknya akan berfokus menggenjot kinerja di beberapa lini asuransi. "Kami berfokus pada kelas bisnis sektor asuransi propert
i Small and Medium Enterprise (SME) dan retail yang didukung oleh channel penjualan utama kami, yaitu agency, broker, bancassurance, serta digital affinity," tuturnya. Adapun GEGI menargetkan pendapatan premi sebesar Rp 932 miliar pada 2025. Angka itu meningkat 15% dibandingkan target pada 2024. Great Easter General Insurance menargetkan pendapatan premi pada 2024 sebesar 760 miliar. Selain GEGI, PT Asuransi Central Asia (ACA) juga menyatakan ada sejumlah tantangan yang berpotensi menyelimuti industri asuransi umum pada 2025. Kepala Divisi
Corporate Communication ACA Ody Mahendra mengatakan tantangan tersebut, seperti persaingan tarif premi, penetrasi pasar yang masih rendah, serta kebutuhan inovasi produk dan layanan. Selain itu, Ody mengatakan industri asuransi umum juga dihadapkan tantangan seperti implementasi regulasi baru, yaitu
International Financial Reporting Standards (IFRS) 17. "Ditambah persaingan ketat antarperusahaan asuransi domestik dan asing yang menuntut inovasi dalam produk dan layanan untuk menarik minat konsumen," ucapnya kepada Kontan, Rabu (4/12). Ody juga bilang potensi penurunan penjualan mobil juga menjadi faktor signifikan yang akan memengaruhi pendapatan premi, terutama di lini asuransi kendaraan bermotor. Dia menyebut penurunan penjualan mobil dapat menekan pertumbuhan asuransi umum secara keseluruhan. Meskipun demikian, ACA optimistis tantangan-tantangan tersebut dapat dikelola dengan baik melalui sejumlah strategi, seperti diversifikasi produk lain, penguatan pemasaran digital, dan peningkatan layanan pelanggan.
Baca Juga: Kinerja Pendapatan Kontribusi Sejumlah Asuransi Syariah Tumbuh Positif "Strategi itu juga memungkinkan kami tetap menjaga pertumbuhan meski pasar menghadapi berbagai tekanan," ujar Ody. Sementara itu, PT Asuransi Tokio Marine Indonesia (Tokio Marine Indonesia) juga menyebut akan terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi pada 2025. Imbasnya, Presiden Direktur Asuransi Tokio Marine Indonesia Sancoyo Setiabudi memproyeksikan pertumbuhan premi industri asuransi umum hanya akan mencapai single digit pada akhir 2024. Sancoyo mengatakan salah satu tantangannya, yakni adanya penerapan regulasi baru, seperti
International Financial Reporting Standards (IFRS) 17, yang akan berlaku efektif pada 1 Januari 2025. Dia menyebut perubahan regulasi itu menuntut perusahaan harus lebih mendorong transparansi dan kesehatan industri. "Di sisi lain, tantangan itu memberikan peluang bagi industri untuk memperkuat tata kelola dan meningkatkan transparansi," ucapnya kepada Kontan, Rabu (4/12). Selain itu, Sancoyo menerangkan generasi muda saat ini juga lebih menginginkan produk asuransi yang fleksibel, personal, dan dapat diakses secara digital. Hal itu juga bisa menjadi tantangan bagi industri asuransi umum. Sebaliknya, dia bilang kondisi itu dapat mendorong industri asuransi untuk terus berinovasi, beradaptasi, dan meningkatkan investasi dalam teknologi guna memenuhi kebutuhan generasi muda. "Kami melihat itu sebagai peluang untuk membangun produk yang lebih relevan dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara keseluruhan," katanya. Sancoyo juga menerangkan kondisi pasar yang makin kompetitif serta melemahnya daya beli masyarakat menjadi tantangan bagi industri. Hal itu cukup berpengaruh terhadap dunia usaha, termasuk asuransi umum. Sementara itu, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) optimistis industri asuransi umum masih akan terus bertumbuh pada 2025. Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengatakan optimisme itu akan didorong oleh kombinasi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, serta lingkungan regulasi yang mendukung. "Ditambah dengan kemajuan teknologi, dan perluasan penawaran produk," ungkapnya.
Selain itu, Budi menyampaikan Indonesia juga memiliki banyak pasar potensial yang belum tergarap untuk industri asuransi umum. Sebagai informasi, AAUI mencatat pendapatan premi asuransi umum per kuartal III-2024 sebesar Rp 79,69 triliun. Nilai itu tumbuh 14,5%, jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 69,61 triliun.
Baca Juga: Tugu Insurance Gelar Program Waste Management Bank Sampah Emas 06 Kebon Jeruk Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati