Sekarga: Direksi Garuda terlalu paksakan pengalihan sistem



JAKARTA. Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) atau Sekarga menyayangkan kebijakan direksi yang dinilai terlalu memaksakan pengalihan sistem penjadwalan tugas kru pesawat. Padahal ketika dilakukan uji coba, petugas dilapangan sudah melaporkan kepada manajemen bahwa sistem baru bernama integrated operation control system (IOCS) berpotensi bermasalah.Menurut Kepala Bidang Hubungan Industrial Sekarga Wicaksono, IOCS dibeli Garuda secara gelondongan dari maskapai Jerman Lufthansa yang sudah menggunakannya lebih dulu seharga 802.000 Euro tahun ini. IOCS itu akan menggantikan Crew Management System (CMS) yang sudah lebih dulu digunakan."Perencanaan untuk mengganti sistem memang sudah lama, juga sempat terjadi pengoperasian dua sistem itu secara pararel. Namun hasilnya tidak terlalu bagus dan bisa dibilang gagal. Hal itu sudah dilaporkan petugas lapangan ke manajemen, karena menurut operatornya sistem baru perlu ditingkatkan kapasitasnya sebelum digunakan. Tetapi laporan tersebut ditolak manajemen dan meminta agar terus berjalan sesuai rencana," kata Wicaksono, Selasa (23/11).Walhasil, digunakanlah IOCS tersebut untuk memantau pergerakan pesawat, kru pesawat dan jadwal penerbangan mulai 15 November kemarin. Permasalahan muncul mulai 18 November sampai akhirnya sistem benar-benar mati selama empat jam pada 19 November."Kami selaku petugas lapangan sempat mempertanyakan mengapa tidak dibuat perencanaan manual sebelum sistem benar-benar digunakan, lalu kenapa tidak disiapkan opsi kembali ke sistem lama jika sistem baru gagal. Manajemen terus saja tidak mendengarkan," keluhnya.

Data hilang

Menurut Wicaksono, ketika CMS dulu digunakan selalu didukung oleh jadwal tugas kru pesawat selama satu bulan ke depan. "Sehingga tidak masuk akal kalau sistem down itu mengakibatkan hilangnya data. Apalagi kalau disebut sistem down karena ada kabel yang copot, seharusnya kan tinggal disambung lalu diinstal sudah bisa jalan lagi sistemnya. Selama ini manajemen hanya menempatkan pekerja sebagai alat produksi yang tidak perlu didengarkan masukannya. Kalau sudah kejadian seperti ini baru kelabakan," tegasnya.IOCS yang digunakan Garuda Indonesia mengalami masalah pada 19 November 2010 tepatnya pukul 10.00-13.00 WIB. Maklum sistem yang baru itu mengelola kegiatan penerbangan Garuda yang melibatkan 81 pesawat, 580 penerbang, 2.000 awak kabin, dan penerbangan yang mencapai 2.000 setiap minggunya. Sehingga dalam proses migrasi dari sistem lama ke sistem yang baru, masih juga terjadi ketidaksinkronan informasi khususnya menyangkut jadwal tugas para awak kabin. Akibatnya,data-data mengenai jadwal kru yang bertugas hilang. Selain itu, keberangkatan yang terlambat dan batalnya penerbangan sejak Minggu (21/11) kemarin.Selama dua hari kemarin, tercatat ada 26 penerbangan domestik dan internasional yang dibatalkan dari Bandara Soekarno-Hatta. 26 penerbangan itu terbagi atas 20 penerbangan pada hari pertama dan enampenerbangan sampai pukul 10.00 WIB kemarin. Jumlah penumpang yang harus diinapkan di hotel oleh Garuda sebagai bentuk kompensasi sebanyak 737 orang pada hari pertama.Petaka berlanjut sampai hari ini, dimana Garuda mengumumkan masih akan membatalkan 13 penerbangan dari Jakarta ke 6 kota tujuan. Kota tujuan yang dibatalkan penerbangannya hari ini menuju Kuala Lumpur satu kali, Medan dua kali, Palembang empat kali, Semarang tiga kali, Ujung Pandang satu kali, dan Surabaya dua kali.Garuda sendiri memutuskan untuk tidak melayani reservasi penerbangan baru ke semua tujuan sampai 24 November 2010 karena memprioritaskan menerbangkan penumpang yang sudah mengantongi tiket sampai pukul 11.00 WIB kemarin. Sembari menjadwal ulang penugasan pilot dan kru kabin secara manual sampai sistem berjalan kembali.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: