JAKARTA. Menyambut pemilihan umum (pemilu) legislatif, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkerek. Pemilu Effect membawa IHSG naik 1,3% ke level 4.921,03, kemarin. IHSG bergerak anomali, lantaran mayoritas bursa utama Asia regional memerah. Maka itu, Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities menyimpulkan, pergerakan IHSG lebih karena sentimen menjelang pemilu legislatif. Pasar yakin, partai pemenang pemilu akan sesuai harapan. Namun, kata John Daniel Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas, selain faktor pemilu, data-data terbaru ekonomi Indonesia yang membaik berandil besar mengerek IHSG. "Tak ada risiko politik sejak Joko Widodo diumumkan menjadi calon presiden," kata dia.
Toh begitu, analis menilai, kenaikan IHSG hingga diambang 5.000 ini terlalu cepat. Hitungan Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, IHSG baru akan menggapai level 5.000 pada akhir semester II tahun ini. Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas berpendapat. Ia bilang, kenaikan IHSG ini hanyalah siklus menjelang pemilu. Secara historis, IHSG selalu naik menjelang (lihat infografik). John pun menggarisbawahi, selain politik, IHSG akan bergantung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Jika ekonomi Indonesia bisa membaik hingga 6%, maka ia memprediksi, IHSG bisa ke 5.550 di akhir tahun. Sedangkan, jika pertumbuhan ekonomi cuma 5,6%, IHSG akan terkoreksi ke level 4.550. Apalagi, pasar tengah diombang-ambing dengan nasib program stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. Jika ekonomi AS pulih dan pemotongan stimulus dilakukan lebih cepat, bakal ada potensi jual yang masif. "Sehingga, IHSG sebenarnya rawan koreksi, bisa terbenam oleh isu global," imbuh Thendra.