Sekitar 1.000 karyawan AirAsia Indonesia terdampak pandemi virus corona (Covid-19)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. AirAsia Indonesia mencatat selama periode Januari hingga akhir Mei 2020 sekitar seribu tenaga kerja, baik karyawan tetap maupun tidak tetap, terdampak atas kebijakan perusahaan akibat pandemi Covid-19 atau corona.

Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi menjelaskan, pada akhir tahun lalu total jumlah total karyawan perseroan mencapai sebanyak 1.691. Selanjutnya, pada periode Januari 2020 hingga kini total jumlah karyawan telah berkurang sebanyak 46 orang menjadi sebanyak 1.645.

Baca Juga: Jadwal operasi AirAsia Indonesia diundur jadi 8 Juni 2020, ini penjelasan lengkapnya


“Terkait tenaga kerja yang terdampak, selama periode Januari hingga kini terdapat sebanyak 873 karyawan yang dirumahkan dan sisanya karyawan yang terdampak dengan status lainnya seperti pemotongan gaji dan lainnya mencapai 328 orang,” jelasnya, melalui keterbukaan informasi publik yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (3/6).

Sebelumnya, Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk. Veranita Yosephine Sinaga mengatakan masih ada strategi bisnis lain yang diracik agar bisa meminimalisir langkah melakukan PHK kepada karyawan. Emiten berkode saham CMPP bermitra dengan perusahaan terafiliasi AirAsia grup yang juga memiliki perusahaan representasi di Indonesia, Teleport.

Ia menjelaskan, Teleport menjadi perusahaan counterpart dalam melayani permintaan kargo. Selama ini AirAsia Indonesia melayani operasional penerbangan tetapi manajemen bisnisnya komersialnya dikoordinasi oleh Teleport.

Baca Juga: Catat, AirAsia bakal kembali layani penerbangan mulai 8 Juni 2020

“Dulu sifatnya hanya add-ons bisnis pesawat terbang, ada penumpang ada belly-nya dipakai buat bagasi penumpang. Inilah yang dioptimalkan dengan kargo bisnis. Sekarang pada saat ini, akhirya semuanya jadi kargo dan menjadi pengalaman bisnis baru. Jadi lebih paham dinamika industri kargo,” katanya.

Masa pandemi ini telah membuka kesempatan baru bagi maskapai dengan jenis layanan minimum tersebut untuk banyak membuka komunikasi dengan pemain kargo dan asosiasi. “Dari setiap krisis jadi peluang. Kami baru memahami konkret kargo bisnis itu malah besar di Indonesia ya,” ujar Veranita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .