Sekitar 68% anggota asosiasi fintech terimbas dampak negatif corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 turut mempengaruhi kinerja industri fintech di Indonesia. Menurut hasil survei Aftech terhadap anggotanya di awal April lalu, sebagian besar penyelenggara fintech terimbas corona.

Ketua Harian Aftech Mercy Simorangkir mengatakan, sebagian penyelenggara fintech terdampak corona. Pengaruh corona ini terutama terlihat dari penurunan produktivitas akibat perubahan pola operasional serta meningkatnya risiko ketidakpastian di pasar. Selain itu, ada penurunan permintaan konsumen, penurunan jumlah transaksi, serta peningkatan risiko operasional.

"Meski begitu, terdapat pula beberapa vertical fintech yang tetap tumbuh dan mengalami peningkatan jumlah transaksi, jumlah pengguna baru dan memperoleh peluang usaha baru,” kata Mercy kepada Kontan.co.id, Rabu (6/5).


Baca Juga: Ada corona, asuransi perjalanan dan kendaraan tak lagi menadah berkah Ramadan

Mercy mengatakan, sebanyak 68% dari responden survei Aftech yang merupakan penyelenggara fintech mengalami dampak negatif. Sementara 23,4% lainnya menyatakan kegiatan usaha masih bertumbuh.

PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) telah memantau perkembangan virus corona sejak Januari lalu. Ini karena perubahan ekonomi yang terjadi turut mempengaruhi kondisi bisnis usaha mikro kecil menengah (UMKM) di sektor tertentu yang menjadi peminjam di Modalku.

Co-Founder & CEO Modalku Reynlod Wijaya mengatakan, pihaknya telah menerapkan beberapa strategi untuk memantau dan mengelola risiko portofolio. Dia menyebutkan, Modalku menerapkan prinsip responsible lending sebagai langkah mitigasi risiko untuk antisipasi dampak dari virus corona.

"Modalku akan melakukan proses seleksi yang lebih komprehensif terhadap calon peminjam maupun UMKM yang sudah menjadi peminjam di Modalku," jelasnya beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Investree telah salurkan total pinjaman Rp 5,48 triliun hingga April 2020

Tak hanya itu, Modalku berencana untuk memaksimalkan kolaborasi dengan platform e-commerce yang sebagian besar penjualnya masuk ke dalam segmen mikro.

Sebab, pada kondisi physical distancing transaksi bisnis melalui e-commerce bisa berkembang dengan baik. Reynold bilang, hal itu disebabkan masyarakat lebih memilih belanja secara online.

Baca Juga: Sampai kuartal I, pinjaman online (pinjol) naik 208,83% menjadi Rp 102,53 triliun

Sementara itu, PT Investree Radhika Jaya (Investree) menyebut portofolio pembiayaan masih terkendali. Perlu diketahui, sebagian besar portofolio Investree adalah invoice financing pada sektor riil dan terhubung dengan rantai pasokan domestik.

CO-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, untuk mempertahankan bisnis, Investree melakukan stress test terhadap portofolio serta proyeksi terhadap dampak virus corona. Dia menambahkan, Investree turut melakukan penilaian dan mitigasi lebih menyeluruh terhadap industri yang terdampak.

Adapun fintech P2P lending DanaDidik mengaku sejak pandemi, ada risiko keterlambatan pembayaran. CEO & CO - Founder DanaDidik Dipo Satria memprediksi, dalam beberapa waktu ke depan TKB90 akan terus menurun. TKB90 adalah tingkat penyelesaian kewajiban di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati