Sekjen PBB: Korban Sipil Terlalu Tinggi, Ada yang Salah dengan Taktik Israel



KONTAN.CO.ID - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Rabu (8/11) menyoroti tingginya jumlah warga sipil yang tewas dalam serangkaian serangan Israel sebulan terakhir. Guterres menyebut ada yang salah dengan taktik militer Israel.

"Ada pelanggaran oleh Hamas ketika mereka menggunakan waga sipil sebagai tameng. Namun jika melihat jumlah warga sipil (Palestina) yang terbunuh dalam operasi militer (Israel) tersebut, jelas ada sesuatu yang salah," kata Guterres dalam wawancaranya dengan Reuters.

Hingga saat ini otoritas kesehatan Gaza melaporkan ada 10.569 korban jiwa dalam sebulan terakhir, dengan 40% di antaranya adalah anak-anak.


Guterres juga mengingatkan kepada dunia bahwa Hamas dan rakyat Palestina adalah dua hal yang berbeda. Atas dasar itu, Guterres berharap komunitas internasional bisa mengambil langkah kemanusiaan yang tepat.

Baca Juga: Jadi Ketua DK PBB, China Prioritaskan Pemulihan Perdamaian di Palestina

"Jika kita tidak membuat perbedaan itu, menurut saya kemanusiaan akan kehilangan maknanya. Dalam beberapa hari terakhir ini kita melihat ribuan anak-anak terbunuh di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan," lanjut Guterres.

Guterres sempat menyebut Gaza sebagai kuburan bagi anak-anak, seraya membandingkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dengan jumlah korban konflik di seluruh dunia yang ia laporkan setiap tahun kepada Dewan Keamanan PBB.

Merespons segala laporan PBB terkait korban sipil, Israel mengatakan mereka menargetkan Hamas, bukan warga sipil. Israel selalu menuduh militan Palestina menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia.

Baca Juga: Curiga Israel Memiliki Senjata Nuklir, Rusia: Di Mana Pengawas Nuklir Internasional?

Guterres menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai sebuah bencana besar dan mendorong adanya gencatan senjata dengan segera, sehingga bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa hambatan.

"PBB telah berupaya meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dalam 18 hari terakhir hanya 630 truk yang bisa masuk melalui perbatasan Rafah dari Mesir. Ini masih terlalu sedikit, sudah terlambat," imbuhnya.

Terkait bagaimana Gaza dikelola setelah perang, Guterres berharap Otoritas Palestina dapat mengambil alih kendali politik. Menurutnya itu adalah skenario terbaik.