KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, dia pesimistis bahwa perang Rusia di Ukraina akan segera berakhir. Akan tetapi, Guterres berharap, perang tersebut akan berakhir pada akhir tahun depan. “Saya tidak optimis tentang kemungkinan pembicaraan damai yang efektif dalam waktu dekat,” katanya kepada wartawan selama konferensi pers akhir tahun di New York seperti yang dikutip dari
The Times of Israel. Sudah 10 bulan sejak Rusia menginvasi tetangganya, akhir Februari lalu.
“Saya yakin konfrontasi militer akan berlanjut,” kata sekretaris jenderal PBB di markas besar badan dunia itu. Dia menambahkan, “Saya pikir kita masih harus menunggu (untuk) saat di mana negosiasi serius untuk perdamaian akan dimungkinkan. Saya tidak melihat mereka di cakrawala langsung.” Melansir
Times of India, pada Senin, Rusia meluncurkan segerombolan drone penyerang di infrastruktur penting di Kyiv karena perang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Setelah beberapa putaran pembicaraan damai antara delegasi di awal konflik, negosiasi dengan cepat terhenti.
Baca Juga: Rusia Menolak Seruan Zelenskiy Menarik Pasukan, Ukraina Harus Menerima Kenyataan Ukraina mengatakan Rusia perlu sepenuhnya menarik pasukannya agar pembicaraan dapat berlangsung. Bulan lalu, seorang pejabat tinggi Ukraina mengatakan setiap diskusi yang tidak didasarkan pada perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional tidak dapat diterima. Dia mengutip "konsekuensi" bagi rakyat Ukraina, masyarakat Rusia dan ekonomi global, yang berjuang melawan harga pangan dan energi yang tinggi akibat perang, jika kesepakatan tidak ditemukan. "Semua ini adalah alasan bagi kami untuk melakukan segala kemungkinan untuk mewujudkan solusi perdamaian sebelum akhir 2023," kata Guterres.
Baca Juga: Rusia: Tidak Ada Genjatan Senjata Saat Natal Selama satu jam, Guterres menjawab pertanyaan tentang berbagai topik, termasuk tentang perdamaian di Timur Tengah, misil Korea Utara, dan situasi mengerikan di Mali. Dia menggambarkan tindakan keras rezim Iran terhadap aksi protes yang dipimpin perempuan sebagai "benar-benar hal tidak dapat diterima." "Kami menyaksikan pelanggaran besar-besaran hak asasi manusia yang sangat kami kutuk," kata Guterres.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie