Sekjen PBB: Sudah Waktunya Mengakhiri Perang yang Absurd Ini!



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak agar perang di Ukraina segera diakhiri. Guterres bahkan menyebut perang tersebut sebagai perang yang tidak masuk akal.

Berbicara di markas besar PBB di New York hari Selasa (22/3), Guterres juga memperingatkan bahwa perang itu tidak akan berubah dengan cepat. Ia menyebut saat ini orang-orang Ukraina bertahan hidup layaknya di neraka.

"Melanjutkan perang di Ukraina secara moral tidak dapat diterima, secara politik tidak dapat dipertahankan, dan secara militer tidak masuk akal," kata Guterres, seperti dikutip Reuters.


Baca Juga: Satu Bulan Invasi, Kekuatan Tempur Rusia di Ukraina Disebut Mulai Menurun

Pada kesempatan itu, Guterres juga menyoroti kehancuran yang dialami kota pelabuhan Mariupol. Dewan kota tersebut pada hari Selasa melaporkan bahwa kotanya masih terkepung, hancur menjadi abu, dan banyak bom besar yang terus meledak.

Menurut Sekjen PBB, perang di Ukraina tidak dapat dimenangkan bahkan jika kota demi kota telah ditaklukkan. Guterres mendesak agar perang ini harus dipindahkan ke meja perdamaian.

"Sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang absurd ini," lanjut Guterres.

Dalam pidatonya, Guterres mengatakan sekitar 10 juta warga Ukraina telah melarikan diri dari rumah mereka. Melihat situasi ini, Guterres mengingatkan bahwa gema perang bisa dirasakan secara global melalui beragam aspek kehidupan.

Baca Juga: Invasi Militer Rusia ke Ukraina Semakin Kejam, Mall Dihancurkan, Warga Sipil Ditembak

"Gema perang sedang dirasakan secara global dengan meroketnya harga makanan, energi dan pupuk yang mengancam akan melonjak menjadi krisis kelaparan global," kata Guterres.

Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari lalu. Menurut Putin, operasi tersebut ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur militer Ukraina.

Menurut data Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) yang dikutip dari Statista.com, hingga 21 Maret sudah ada 953 warga sipil yang tewas selama invasi Rusia dimulai, 78 di antaranya adalah anak-anak.

Sementara itu, lebih dari 1.500 orang lainnya telah mengalami luka-luka. Termasuk di dalamnya adalah 105 anak-anak.