JAKARTA. Jika awal tahun ini saham sektor agrikultur cenderung melemah, kondisi berbeda mulai tampak beberapa waktu terakhir ini. Saham yang berasal dari sektor agrikultur selalu menjadi salah satu pendorong positifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Mudahnya, lihat perdagangan sesi I dan II hari ini, di mana sektor agrikultur selalu menjadi salah satu sektor yang menguat paling tinggi. Sesi I, sektor agri ditutup dengan kenaikan 1,17%. Bahkan, pada sesi II ditutup dengan penguatan tertinggi, yakni 2,21%.Menurut Reza Priyambada, analis Trust Securities, pembalikan arah ini ada kaitannya dengan musim penghujan yang belakangan ini memiliki intensitas sangat tinggi. Kondisi ini membuat distribusi terhambat sehingga suplai komoditas di pasar menjadi berkurang. Suplai yang berkurang membuat harga di pasar terkerek naik."Jadi, trennya sebenarnya cukup baik. Tapi, harus didukung juga dengan kondisi makro, ya," tandas Reza, (6/2).Jika berbicara lebih spesifik, emiten agri yang memproduksi crude palm oil (CPO) memiliki prospek kinerja saham yang lebih menarik. Soalnya, emiten yang mengolah CPO bisa melakukan diversifikasi produk.CPO tidak hanya dijadikan minyak goreng, tapi produk turunannya juga bisa dijadikan sebagai bahan baku mulai dari produk kosmetik, farmasi, hingga biodisel sekalipun. Diversifikasi produk bisa membuat sebuah barang produksi memiliki value added, sehingga nilai jualnya pun bisa lebih tinggi.Sayangnya, harga CPO produksi emiten lokal masih mengikuti harga komoditas global. "Kadang, itu hanya akan menambah sentimen menjadi lebih buruk," pungkas Reza.Info saja, saham-saham yang cenderung menguat sejak awal tahun diantaranya adalah saham AALI yang sore tadi ditutup pada level Rp 22.000 per saham. Padahal, awal tahun ini saham AALI hanya bergerak disekitar level Rp 21.000 per saham.Lalu, lihat saham BWPT yang sekitar awal tahun ini sempat menyentuh level Rp 695 per saham. Tapi, sore tadi saham BWPT ditutup dengan penguatan 10 poin ke level Rp 725 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sektor agri mulai berbalik bullish
JAKARTA. Jika awal tahun ini saham sektor agrikultur cenderung melemah, kondisi berbeda mulai tampak beberapa waktu terakhir ini. Saham yang berasal dari sektor agrikultur selalu menjadi salah satu pendorong positifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Mudahnya, lihat perdagangan sesi I dan II hari ini, di mana sektor agrikultur selalu menjadi salah satu sektor yang menguat paling tinggi. Sesi I, sektor agri ditutup dengan kenaikan 1,17%. Bahkan, pada sesi II ditutup dengan penguatan tertinggi, yakni 2,21%.Menurut Reza Priyambada, analis Trust Securities, pembalikan arah ini ada kaitannya dengan musim penghujan yang belakangan ini memiliki intensitas sangat tinggi. Kondisi ini membuat distribusi terhambat sehingga suplai komoditas di pasar menjadi berkurang. Suplai yang berkurang membuat harga di pasar terkerek naik."Jadi, trennya sebenarnya cukup baik. Tapi, harus didukung juga dengan kondisi makro, ya," tandas Reza, (6/2).Jika berbicara lebih spesifik, emiten agri yang memproduksi crude palm oil (CPO) memiliki prospek kinerja saham yang lebih menarik. Soalnya, emiten yang mengolah CPO bisa melakukan diversifikasi produk.CPO tidak hanya dijadikan minyak goreng, tapi produk turunannya juga bisa dijadikan sebagai bahan baku mulai dari produk kosmetik, farmasi, hingga biodisel sekalipun. Diversifikasi produk bisa membuat sebuah barang produksi memiliki value added, sehingga nilai jualnya pun bisa lebih tinggi.Sayangnya, harga CPO produksi emiten lokal masih mengikuti harga komoditas global. "Kadang, itu hanya akan menambah sentimen menjadi lebih buruk," pungkas Reza.Info saja, saham-saham yang cenderung menguat sejak awal tahun diantaranya adalah saham AALI yang sore tadi ditutup pada level Rp 22.000 per saham. Padahal, awal tahun ini saham AALI hanya bergerak disekitar level Rp 21.000 per saham.Lalu, lihat saham BWPT yang sekitar awal tahun ini sempat menyentuh level Rp 695 per saham. Tapi, sore tadi saham BWPT ditutup dengan penguatan 10 poin ke level Rp 725 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News