KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga saham di sejumlah sektor turut menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun masih ada beberapa indeks sektoral yang mencetak pertumbuhan bagus. Hingga Rabu (21/3), beberapa indeks sektoral, seperti aneka industri, turun 9,42%
year-to-date (ytd). Indeks sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi susut 8,94% (ytd) dan indeks konsumer melemah 8,10% (ytd). Adapun IHSG turun 1,60% (ytd). Di sisi lain, indeks saham sektor pertambangan; industri dasar dan kimia; sektor properti, real estat dan konstruksi; serta sektor keuangan berhasil mencetak pertumbuhan positif (
lihat tabel).
Indeks | Perubahan Ytd | Perubahan Yoy |
Tambang | 15,10% | 25,61% |
Industri Dasar | 7,14% | 27,56% |
Agrikultur | 3,43% | -8,58% |
Konstruksi dan Properti | 2,19% | 0,76% |
Keuangan | 1,34% | 32,59% |
Perdagangan | -0,13% | 2,01% |
Barang Konsumer | -8,10% | 9,18% |
Infrastruktur | -8,94% | -1,25% |
Aneka Industri | -9,42% | -12,09% |
Sumber: Bloomberg Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menilai, pergerakan indeks sektoral sangat dipengaruhi saham unggulan di setiap sektor. "Tergantung laju saham yang memiliki bobot besar di dalamnya," ujar dia kepada KONTAN, Kamis (22/3). Misalnya sektor konsumer. Harga saham berbobot besar seperti UNVR dan HMSP yang masuk ke sektor ini melemah lantaran pertumbuhan kinerjanya tak cukup baik pada tahun lalu. Di sisi lain, bobot kedua saham ini cukup besar, sehingga ikut menyeret indeks sektor konsumer. Hal serupa terjadi pada indeks sektor yang menanjak. Sektor pertambangan, misalnya, melonjak 15,10% (ytd) lantaran terdorong harga batubara yang terus menanjak sejak tahun lalu. Hal ini membuat saham pertambangan seperti ADRO dan PTBA yang punya bobot besar mendorong pergerakan sektor itu. Meski beberapa sektor sudah turun cukup dalam, Kevin melihat sektor itu masih berpeluang naik, karena ada sentimen positif yang bisa mendorong kinerja saham yang ada dalam sektor tersebut. "Seperti indeks konsumer yang masih berpeluang naik karena tingginya tingkat konsumsi di Indonesia," ujar Kevin. Ia masih optimistis indeks sektor yang sudah naik di awal tahun ini, seperti keuangan dan industri dasar, bisa mempertahankan kenaikan. Selama perbankan masih meraih pertumbuhan kredit yang baik, Kevin yakin sektor ini terus tumbuh, meski tak setinggi tahun lalu. Sementara sektor industri dasar berpotensi naik karena saham berbobot terbesar, yaitu SMGR masih bisa menanjak. Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, kinerja sektor tak hanya dipengaruhi saham yang berbobot besar. "Sentimen yang menerpa sektor itu juga bisa mempengaruhi pergerakan indeks sektoral," ujar dia.
Contohnya di sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan. Meski hanya tumbuh 2,19% (ytd), sektor ini diterpa sentimen positif berkat pembayaran proyek oleh pemerintah sejak akhir tahun lalu. Namun Edwin menilai sektor ini mungkin bisa kembali mencatat penurunan seperti tahun lalu. Pemicunya adalah pertumbuhan properti yang cenderung stagnan. "Sektor agrikultur juga mungkin akan melambat tahun ini lantaran diterpa sentimen negatif dari
oversupply," imbuh dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia