Sektor apa yang paling kebal inflasi?



JAKARTA. Inflasi masih menjadi momok bagi para pelaku pasar, tak terkecuali bagi pelaku pasar modal. Pasalnya, kenaikan harga secara sistemik dan periodik berdampak domino ke segala sektor industri.Isu inflasi ini sendiri muncul setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat suku bunga acuannya beberapa waktu lalu menjadi 6,5%. Aksi BI itudiperkirakan bakal mempengaruhi kinerja emiten properti. Jika kinerja emiten properti terganggu, maka pada akhirnya juga akan mengganggu emiten konstruksi. Hal ini akan terus menjalar hingga ke semua sektor yang saling terkait.Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker berpendapat, jika melihat kondisi saat ini, sebenarnya memang tidak ada sektor yang benar-benar kebal terhadap inflasi. Dia berpendapat, di tengah kondisi perekonomian seperti saat ini, seharusnya emiten yang mengekspor barang ke luar negeri -seperti sektor pertambangan dan komoditas- memiliki kinerja moncer. "Tapi, masalahnya sekarang, harga komoditas sedang anjlok," imbuhnya, Senin (22/7).Harus diakui, penurunan harga komoditas menyebabkan kinerja emiten di sektor ini ikut tersendat, khususnya emiten yang bergerak di industri batu bara dan sawit. Dampaknya, harga saham emiten yang bersangkutan juga ikut terseret. Ambil contoh, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang pada awal tahun ini harga sahamnya dibuka pada level 20.300. Tapi, hari ini (22/7), saham AALI ada di level 17.450. Lalu, ada saham PT BW Plantation Tbk (BWPT) yang ada di level 1.440 pada awal tahun lalu. Sementara hari ini, saham tersebut anjlok ke level 720.Kendati demikian, lanjut Satrio, untuk saat ini sektor konsumer masih yang menjadi jawara dalam menghadapi tekanan inflasi. Dia menjelaskan, andai emiten yang bergerak di sektor ini terpaksa menaikan harga, dalam jangka panjang hal tersebut akan menjaga profitabilitas perusahaan. Apalagi emiten yang sudah memiliki nama besar, sehingga konsumen selalu meminta produk buatannya meski harganya naik.Kiswoyo Adi Joe, analis Investama Saran Mandiri memberikan penilaian senada. Sektor konsumer untuk saat ini masih merupakan sektor yang masih tahan banting terhadap tekanan inflasi. Soalnya, kenaikan harga produk konsumer nantinya bisa diimbangi dengan kenaikan upah minimum beberapa waktu lalu.

Selain itu, "Jangan lupa, sektor perbankan juga termasuk sektor yang tahan inflasi," tambah Kiswoyo.Kiswoyo lalu memaparkan, kenaikan BI rate kemarin memang diprediksi mampu mempengaruhi kinerja bank karena menurunnya realisasi penyaluran kredit. Tapi, tanpa melakukan penyesuian (menaikan suku bunga kredit) terhadap suku bunga acuan pun, bank sudah menangguk untung.Kiswoyo mencontohkan, deposito bunga di bank bunganya 6%, sementara suku bunga kredit sebesar 12%. Nah, sebenarnya pihak bank masih memperoleh untung sebesar 6%, bahkan tanpa kebijakan menaikan suku bunga kredit terlebih dahulu."Makanya asing pada berburu sektor perbankan di sini. Di sana, bunga kredit bank dibatasi maksimal 3%, sementara di sini tidak ada batasnya. Makanya, pergerakan IHSG juga sangat dipengaruhi oleh sektor bank," jelas Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie