KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor energi mencapai performa paling apik sepanjang tahun 2024. Indeks saham sektor energi (IDX Energy) terbang setinggi 28,01% sepanjang tahun lalu. Jauh lebih tinggi ketimbang indeks sektor saham lainnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mayoritas berada di posisi minus. Sebagai perbandingan, peringkat kedua sektor terbaik di BEI pada tahun 2024 adalah saham properti & real estate, dengan kenaikan hanya 5,97%. Sektor energi mampu melejit di tengah kondisi pasar saham yang sedang tertekan. Tercermin dari performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjun sedalam 2,65% sepanjang tahun 2024.
PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi pendorong utama sektor energi, dengan persentase kenaikan di level multibagger. PTRO mengakumulasi penguatan harga sebanyak 426,19%. Sementara DSSA melejit 362,50%. Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham SMGR, TPIA, SIDO, dan HRUM Untuk Perdagangan Kamis (2/1) Tak hanya saham emiten milik konglomerat, saham lapis kedua dan lapis ketiga pun menopang kinerja sektor energi. Mereka adalah PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) yang melonjak 118,06%, PT Super Energy Tbk (SURE) menanjak 117,27%, PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) naik 115,52%. Selanjutnya, PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) menguat 102,78% dan PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) mendaki 96,25%. Selain itu, emiten lain yang menggerakkan sektor energi adalah PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS) dan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Masing-masing melejit 92,91%, 83,33% dan 83,19%. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengamati performa saham sektor energi ditopang oleh kinerja keuangan mayoritas emiten yang sesuai ekspektasi pasar. Pasalnya, meski merosot dari posisi puncak pada tahun 2022-2023, tapi harga komoditas energi pada 2024 masih relatif berada di level yang tinggi. "Faktor harga (komoditas) yang masih tetap tinggi membantu margin keuntungan emiten bertahan di level solid. Di sisi sentimen, rotasi sektor juga mendukung emiten energi menjadi safe haven di tengah tekanan sektor lain," kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Rabu (1/1). Baca Juga: Tak Penuhi Target 2024, BEI Pacu Hajatan IPO dan Kualitas Emiten di 2025 Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas sepakat, harga komoditas global menjadi sentimen penggerak saham di sektor energi. Pasalnya, laju penurunan harga komoditas energi global tahun lalu tidak sedalam apa yang dibayangkan pelaku pasar. Selain itu, aksi korporasi yang dilakukan oleh sejumlah emiten energi juga menambah daya tarik investor terhadap sektor ini. Beberapa aksi korporasi yang menarik perhatian pasar di antaranya pemisahan pilar bisnis batubara termal PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Dalam aksi itu, ADRO membawa PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) melantai di bursa saham lewat Initial Public Offering (IPO). Kemudian, ada aksi pemecahan nilai nominal saham alias stock split oleh DSSA dan PTRO. Baca Juga: Ada Potensi January Effect, Cek Arah IHSG & Rekomendasi Saham Awal 2025 Sementara itu, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman mengamati sektor energi mampu mendaki karena terdorong oleh saham berkapitalisasi pasar (market cap) besar. Terutama DSSA dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Sempat tertinggal dan menjadi pemberat indeks, harga BYAN melaju kencang di penghujung tahun 2024, hingga menempati posisi ketiga saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Sementara DSSA berhasil merangsek ke posisi tujuh di jajaran Top 10 market cap. Di samping itu, pemanis bagi sektor energi adalah pembagian dividen yang rajin dilakukan oleh sejumlah emiten. Beberapa saham blue chip di sektor energi yang konsisten membagi dividen adalah ADRO, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). "Hal yang menarik, meskipun tidak memberikan return dalam kenaikan harga, tapi banyak (saham di sektor energi) yang memberikan kontribusi dalam bentuk dividen besar," ujar Fath. Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ARTO, BUKA, DEWA, dan PTBA Untuk Hari Pertama Tahun 2025