KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten otomotif di tahun 2025 akan dipengaruhi oleh berbagai sentimen, baik positif maupun negatif, yang berpotensi membentuk arah prospek emiten ke depannya.
Dari sisi negatif, penerapan opsen pajak atau pungutan tambahan daerah untuk kendaraan bermotor menjadi tantangan baru bagi pelaku usaha. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan penurunan minat masyarakat terhadap pembelian kendaraan baru. Selain itu, daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih juga menjadi hambatan yang perlu diantisipasi.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat sejumlah sentimen positif yang bisa menjadi angin segar bagi industri otomotif.
Baca Juga: Penjualan Kendaraan Bermotor di Tahun 2025 Terancam Kebijakan Opsen Pajak Pemerintah melanjutkan dukungannya melalui berbagai insentif fiskal, seperti pemberian PPnBM DTP sebesar 3% untuk kendaraan hybrid.
Selain kebijakan fiskal, penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia juga memberikan harapan bagi peningkatan daya beli masyarakat, yang berpotensi mendorong penjualan kendaraan.
Dengan kombinasi sentimen-sentimen ini, emiten otomotif memiliki peluang untuk mempertahankan pertumbuhan, meski tetap harus waspada terhadap tantangan yang ada.
Prospek Saham Otomotif di 2025 Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai industri otomotif pada 2025 akan menghadapi tantangan signifikan.
Penerapan opsen pajak kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor yang dapat menekan minat masyarakat untuk membeli kendaraan baru, terutama di segmen
low-end. Selain itu, pelemahan daya beli masyarakat turut memengaruhi penurunan angka penjualan kendaraan.
Ekky juga melihat pemberian insentif dari pemerintah seperti PPnBM DTP untuk kendaraan listrik dan hybrid, dampaknya masih terbatas. Minat terhadap mobil listrik di Indonesia relatif rendah, terutama karena harga yang masih tinggi dan belum terjangkau oleh segmen kelas menengah.
"Menurut saya, emiten otomotif perlu melakukan diversifikasi bisnis untuk mengurangi risiko," kata Ekky kepada Kontan, Kamis (16/1).
Baca Juga: Pilih-Pilih Saham Otomotif di Tahun 2025, Mana yang Layak Dikoleksi? Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan ialah mengembangkan produk mobil listrik dengan harga lebih terjangkau, guna menarik perhatian pasar yang lebih luas, khususnya kelas menengah yang menjadi target potensial.
Bagi investor yang memiliki saham di sektor otomotif, Ekky menyarankan untuk memanfaatkan momen
rebound sebagai peluang mengurangi bobot emiten otomotif dalam portofolio.
"Tren sektor otomotif saat ini masih cenderung melemah, sehingga lebih baik mempertahankan alokasi dana di sektor yang lebih stabil atau potensial," ucap Ekky.
Di sisi lain, Ekky menyampaikan penurunan suku bunga jelas memberikan katalis positif bagi emiten otomotif. Dengan suku bunga lebih rendah biaya pembiayaan kendaraan bermotor berpotensi akan menjadi lebih terjangkau dan akan mendorong minat masyarakat membeli kendaraan dengan kredit, mengingat mayoritas pembelian mobil di Indonesia dilakukan dengan kredit.
Tapi katalis ini tetap harus diiringi peningkatan daya beli. Sebab, kalau daya beli masih lemah, kemungkinan dampaknya tidak terasa.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, memperkirakan bahwa kebijakan opsen pajak kendaraan bermotor pada 2025 akan memberikan tekanan signifikan terhadap kinerja emiten otomotif seperti
ASII,
IMAS,
ASSA, dan
ASLC.
Sebab, peningkatan harga kendaraan akibat opsen pajak kemungkinan besar memicu penyesuaian harga jual, yang berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.
"Emiten dapat mengatasi tekanan ini dengan diversifikasi produk, efisiensi operasional, dan promosi untuk meningkatkan penjualan," papar Miftahul kepada Kontan, Kamis (16/1).
Miftahul juga menyoroti pentingnya memantau kinerja kuartalan emiten, terutama bagi perusahaan dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, seperti ASII.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan permintaan kredit, termasuk untuk pembelian kendaraan bermotor.
Baca Juga: Pasar Otomotif Lesu, Diler Mobil Terancam Sepi "Sebagian besar pembelian kendaraan bermotor dilakukan melalui kredit. Dengan suku bunga yang semakin rendah, permintaan kredit diperkirakan meningkat," ungkap Nafan kepada Kontan, Kamis (16/1).
Menurut Nafan, kondisi ini menguntungkan emiten seperti ASII, dan wajar saja jika harga sahamnya mengalami
rebound.
Meski menghadapi tantangan berupa kenaikan PPN hingga 12%, Nafan tetap optimistis bahwa kinerja penjualan otomotif akan relatif stabil. Pasalnya, kenaikan PPN sebelumnya dari 10% menjadi 11% tidak memberikan dampak signifikan terhadap stabilitas penjualan.
Rekomendasi Saham Otomotif Ekky merekomendasikan untuk mencermati saham ASII . Sebab, ada potensi untuk
rebound secara teknikal dalam jangka menengah dengan target harga di Rp 5.600. Jika momentum penguatan berlanjut, kemungkinan bisa menguji Rp 6.000.
"Potensi dividen dalam beberapa bulan mendatang juga menjadi daya tarik tersendiri untuk saham ASII," lanjut Ekky.
Selain ASII, Ekky juga menjagokan saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (
IMAS). Secara teknikal, ada peluang untuk menguji
resistance di level Rp 1.000 jika tren penguatan terjadi dalam jangka pendek.
Nafan menyarankan saham
ASII dengan rekomendasi
accumulative buy di target harga Rp 4.910 per saham.
Sementara Miftahul, merekomendasikan investor dan pelaku pasar untuk memanfaatkan koreksi harga ASII dengan akumulasi bertahap di target harga Rp 5.875.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih