Sektor pertanian yang tumbuh dinilai jadi momentum kemandirian pangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian, menjadi angin segar bagi kondisi perekonomian Indonesia, melihat banyak sektor lain mengalami keterpurukan akibat Pandemi Covid - 19. 

Hal tersebut diamini oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB University),  Arif Satria yang mengatakan pertumbuhan pada sektor pertanian juga memberikan dukungan terhadap beberapa aspek diantaranya peningkatan ekspor dan perluasan lapangan pekerjaan.

"Di sini memperlihatkan, bahwa pertanian bisa survive, dalam artian meskipun kondisinya goyang namun tetap bertahan dan bahkan menjadi penyelamat ekonomi nasional," ucap Arief.


Baca Juga: Menperin beberkan potensi dan peluang industri agro tanah air

Arif menyebutkan, ketika faktor industri dan jasa mengalami penurunan. Pertanian, menjadi penopang, terbukti dari data BPS angka share ekonomi nasional pada triwulan ke II tahun 2020 berada di 12,09%. Pada triwulan III naik menjadi 15, 01%. Sehingga, jika sektor pertanian bisa bertahan maka angka share pertumbuhan ekonomi nasional juga meningkat. "Selain itu, menjadi catatan penting bahwa pertanian menjadi last resort. Ketika orang sudah sulit bekerja dimana - mana, maka akan kembali ke pertanian," bebernya.

Namun, pertanyaan krusial saat ini sudah apakah sektor pertanian masih bisa bertahan ketika Pandemi Covid - 19 selesai. Arif menegaskan hal tersebut perlu dukungan dari pemerintah, untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan sektor pertanian saat ini menjadi kemandirian pangan. "Jadi ini tergantung dari pemerintah, dalam memanfaatkan momentum ini. Dengan merumuskan langkah jangka pendek dan panjang," paparnya.

Menurut Arif, upaya kongkrit yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan teknologi pertanian 4.0 secara maksimal dengan regenerasi petani untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul. Kemudian kebiasaan masyarakat selama Pandemi, yaitu menanam tanaman pangan di pekarangan patut didorong sebagai food security.

Baca Juga: Berdikari gandeng Tanijoy optimalkan produktivitas dan rantai pasok peternak

Arif juga menjelaskan bahwa, mengenai masalah impor yang selalu menjadi isu di sektor pertanian, harus segera diantisipasi. IPB University, bersama Kementerian Pertanian juga telah berupaya dengan memulai project baru di lapangan. 

"Kita punya smart green house, yang ke depannya mendukung substitusi impor. Seperti diketahui, komoditas gandum dan sagu diimpor dari luar negeri. Dengan teknologi, kami mampu mengubah tepung dari singkong, mie dari wortel, bayam, jagung dan produk produk lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk substitusi impor," pungkasnya.

Selanjutnya: Kementan klaim pasokan bahan pangan aman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi