Sektor Properti Asia Masih Jadi Incaran Investor Asing



HONGKONG. Pasar properti Asia ternyata masih sangat menarik di mata investor asing. Beberapa negara yang kerap incaran pilihan berinvestasi di sektor properti antara lain Jepang, Australia, China, Hongkong dan Singapura.

Director regional LaSalle Investment Management David Edwards bilang, pihaknya memprediksi pasar properti Hongkong dan Singapura merupakan dua negara yang akan kembali sehat untuk pertama kalinya dari guncangan finansial. 

Sementara itu, ING Real Estate berencana untuk meningkatkan dua kali lipat investasinya di Asia mencapai US$ 1 miliar. Nicholas Wong, managing director Asia Pacific ING Real Estate mengatakan, mayoritas investor yang berasal dari Eropa menginginkan untuk melakukan diversifikasi usaha ke kawasan ini.


Investasi ING lebih banyak yang terfokus di China dan Jepang. Bahkan saat ini, jelas Wong, pihaknya sedang berupaya untuk menanamkan investasi sebesar US$ 750 juta untuk membangun perumahan di China.

“Kebanyakan para klien kali yang berasal dari Inggris dan Eropa hanya melakukan investasi di sektor perumahan. Saat ini, mereka ingin berekspansi secara global dan menginginkan untuk melakukan diversifikasi usaha ke kawasan Asia,” jelas Wong.

Padahal saat ini, perekonomian Hongkong, Jepang dan Singapura sudah masuk ke dalam resesi. Alhasil, para pengembang di Asia tengah berupaya untuk bertahan di tengah anjloknya permintaan dan ketatnya pengucuran kredit meskipun bank sentral di kawasan Asia sudah melakukan pemangkasan suku bunga.

Di Hongkong, misalnya, bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada bulan lalu. Sementara di China, para penentu kebijakan moneter sudah menurunkan suku bunga pinjamannya sebanyak tiga kali sejak pertengahan September lalu.

Sementara itu, kondisi sektor properti di Jepang, saat ini berada dalam masa yang mengkhawatirkan. Lebih dari 400 pengembang kecil dan menengah tidak melakukan aktivitas apapun tahun ini seiring dengan perlambatan ekonomi dan pengetatan kredit.

“Kami memang melihat adanya penurunan nilai properti di kawasan ini. Buktinya, terdapat beberapa properti yang dijual dengan harga yang lebih murah dibanding harga pasar sebenarnya,” jelas Edwards.

Krisis tak jadi halangan

Kendati demikian, pasar yang sulit tidak menghentikan niat investor properti untuk berekspansi di kawasan ini. “Kondisi saat ini memang sangat sulit. Namun kami akan berhati-hati dalam mencari lokasi dan kawasan yang pas untuk berekspansi,” jelas Edward.

Selain itu, para investor juga optimis bahwa sektor properti akan segera membaik dalam waktu dekat. Menurut Cheng Soon Lau, managing director Invesco Real Estate Asia, pasar perumahan China, misalnya, akan kembali stabil dalam jangka waktu enam bulan.

Invesco sendiri saat ini berencana untuk melakukan investasi langsung di sejumlah negara Asia seperti China, Jepang, Hongkong dan Singapura. Rencananya mereka akan membeli blok-blok perkantoran dan membangun perumahan.

Menurut Kelvin Lau, ekonom Standard Chartered Bank di Hongkong, ada beberapa hal yang menyebabkan lesunya sektor properti di Asia. Salah satunya yakni pengucuran kredit yang ketat oleh perbankan.  “Risiko terjadinya bangkrut masih sangat tinggi di Asia dan banyak institusi finansial yang masih dalam kondisi sulit. Itu sebabnya kondisi pinjam meminjam dari perbankan belum kembali normal,” jelas Lau.  

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie