Sektor properti membaik, analis jagokan Bumi Serpong Damai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan. Sepanjang tahun berjalan hingga Senin (2/4), IHSG sudah turun 1,81%.

Beberapa sektor penghuni IHSG juga berada dalam tekanan. Indeks sentor consumer goods turun 8,28%. Sektor keuangan meski mencatat hasil positif, namun kenaikannya sangat tipis, hanya 0,006%. Namun, indeks properti justru menunjukkan penguatan. Sejak awal tahun (ytd), indeks properti naik 2,88%.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar melihat, meski indeks properti menguat, tidak seperti indeks sektor lainnya, namun bukan berarti bagi tahun ini sektor properti akan moncer. Pasalnya, tahun ini, sektor properti masih dihantui kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI), mengikuti kebijakan kenaikan suku bunga The Fed.


Selain itu, pada 2018 merupakan tahun politik, sehingga pelaku pasar dan pembeli properti menahan diri dulu. "Sektor ini memang bagus, namun kalau tahun ini bersinar saya rasa tidak," ujar William.

Untuk sektor properti ini, William memberikan rekomendasi netral. Namun, jika melihat emiten-emiten penghuni sektor ini, ia  menilai, saham yang layak dikoleksi adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

BSDE merupakan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor properti, dengan market cap sebesar Rp 34,26 triliun, disusul oleh PWON dengan market cap sebesar Rp 30,34 triliun dan MKPI sebesar Rp 25,44 triliun.

Sepanjang 2017, BSDE membukukan kinerja yang positif. Pendapatan BSDE tahun lalu mencapai Rp 10,35 triliun, naik 57% dibandingkan tahun 2016. Pendapatan penjualan marketing sales berkontribusi 87% atau sebesar Rp 8, 96 triliun terhadap total pendapatan. Sementara, laba bersih BSDE melonjak 154% menjadi Rp 4,92 triliun.

Selain karena kinerja BSDE yang bagus sepanjang 2017, William melihat landbank BSDE merupakan yang terbesar di antara emiten properti yang lain. Adanya landbank yang luas akan memudahkan BSDE untuk lebih ekspansif pada tahun ini untuk menjaring lebih banyak konsumen.

Sementara, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali berpendapat, tahun ini sektor properti bakal lebih hidup ketimbang tahun lalu. Sebab, sepanjang 2017, Frederik melihat banyak orang yang menahan diri untuk membeli rumah karena tingkat suku bunga cenderung turun. Nah, saat suku bunga cenderung terus turun, banyak orang yang menunggu sembari melihat apakah ada kemungkinan suku bunga akan terus menurun.

“Banyak KPR bayar fix dan banyak orang melihat suku bunga masih bisa turun, jadi menahan diri. Nah, di tahun ini suku bunga susah turun lagi, maka konsumen sudah mulai melihat dan mulai masuk properti,” kata Frederik.

Tahun ini, properti akan kembali menunjukkan penguatan, karena banyak pengembang sekarang menyasar produk rumah dengan harga di bawah Rp 1 miliar, contohnya, BSDE. Menurut Frederik, rumah tipe ini banyak diincar oleh kelas menengah dan permintaanya cukup besar.

Ia juga menilai saham emiten properti yang paling layak dikoleksi adalah BSDE. Selain kinerjanya bagus, harga sahamnya tidak banyak bergerak, meski sekarang sudah cukup menguat.

Cuma, risiko sektor ini adalah soal suplai. Jika pasokan properti makin banyak maka otomatis konsumen akan membanding-bandingkan, sehingga yang bermain tidak hanya BSDE atau pengembang-pengembang yang berstatus terbuka, melainkan juga pengembang-pengembang private.

Selain itu, soal daya beli masyarakat. Meski inflasi Indonesia sudah mulai naik, namun perlu dicermati apakah daya beli juga ikut naik atau tidak. Jika daya beli naik plus penawaran KPR yang kompetitif, maka perumahan yang dijual oleh BSDE bisa ikut terangkat.

Terkait tahun politik 2018, kata Frederik, meski memberikan dampak bagi properti, namun tidak akan besar, sebab yang terkena sentimen politik adalah pembelian rumah untuk investasi, bukan rumah pertama. “Perumahan-perumahan dengan nilai di atas Rp 1 miliar memang agak melambat saat tahun politik, namun kalau rumah pertama kan tidak melihat tahun politik,” paparnya.

Frederik merekomendasikan beli saham BSDE, namun ia belum bisa mematok target harga dalam jangka panjang. Sedangkan, dalam jangka pendek, harga saham BSDE masih menguji MA 50 di Rp 1.780. Kalau level ini tertembus, maka bisa menguji ke harga Rp 1.825.

Sementara, William merekomendasikan buy BSDE dengan target harga Rp 2.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini