Sektor-Sektor Ini Bisa Menyumbang Inflasi Barang Impor Karena Pelemahan Kurs Rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih bergerak di atas Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, bila menilik data dari awal pekan hingga hari ini, Kamis (14/9), nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 0,23%. 

Pelemahan rupiah juga menyumbang pada inflasi, yaitu dari jalur inflasi barang impor (imported inflation). 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede  mengingatkan bahwa imported inflastion merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai. Mengingat, harga barang-barang impor cenderung meningkat. 


Dia memperkirakan, sektor-sektor yang akan terdampak dari adanya pelemahan rupiah yaitu sektor yang mengandalkan bahan baku impor, seperti gandum, gula, dan kedelai. 

Baca Juga: Hati-Hati! Kenaikan Harga Minyak Dunia Jadi Ancaman Bagi Inflasi Impor

Sektor farmasi, elektronik dan barang elektrikal, serta tekstil juga berpotensi menaglami dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah.

"Pelemahan rupiah akan mendorong peningkatan harga dari produk manufaktur tersebut yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan inflasi impor," terang Josua kepada Kontan.co.id. 

Meski demikian, Josua menilai pelemahan nilai tukar selama beberapa waktu terakhir belum akan terlalu mendorong imported inflation. 

Baca Juga: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Tak Signifikan Ungkit Inflasi

"Mengingat sebenarnya, nilai tukar rupiah secara tahun kalender masih menguat terhadap dolar AS," ujar dia. 

Dia menambahkan, bila dibandingkan dengan mata uang negara lain, nilai tukar rupiah cukup baik. Karena sebagian besar negara mengalami pelemahan yang lebih dalam terhadap dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati