KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor teknologi Tanah Air masih lesu. Jika dibandingkan dengan kinerja sektor lainnya, sektor teknologi bahkan terkoreksi paling dalam sejak awal tahun 2024. Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (17/3), IDX Sector Technology terkoreksi sebesar 18,45% secara year to date (YTD). Di sisi lain, bayang-bayang
winter tech juga masih menghantui. Tren penurunan kinerja sektor masih terjadi secara global dan terus berlanjut. Kondisi global itu tampaknya berjalan bersamaan dengan kinerja emiten teknologi di Tanah Air.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, saham-saham teknologi dalam negeri masih didominasi oleh emiten yang bergerak di sektor
e-commerce. Sementara, industri
ride hailing alias layanan transportasi
online masih terseok-seok dalam memanfaatkan margin. Jadi, meskipun
gross merchandise value (GMV) dan
gross transaction value (GTV) dari sektor ini sudah sangat besar, tetapi margin yang masuk ke perusahaan sebagai hak dari penyedia layanan alias
take rate masih cukup kecil.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Untuk Emiten Teknologi Selain itu, tingkat kecenderungan konsumsi produk produk
e-commerce masih didorong oleh masifnya promo yang diberikan oleh tiap platform. Hal ini pun menjadi pedang bermata dua. “Di satu sisi, hal ini bisa meningkat transaksi. Tetapi, di sisi lain promo-promo tersebut membuat kenaikan pada sisi beban operasional,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/3). Sentimen lain penggerak sektor ini adalah kebijakan suku bunga yang masih cukup tinggi, baik dalam maupun luar negeri. Suku bunga yang tinggi dapat membuat kewajiban yang harus dipenuhi oleh tiap emiten akan semakin membengkak. “Padahal, kebanyakan emiten teknologi masih tercatat memiliki utang yang cukup tinggi,” tutur dia.
Baca Juga: Sektor Teknologi Masih Lesu, Begini Kata Emiten Di tahun 2024, sektor teknologi, termasuk
e-commerce, berpotensi kembali menguat. Hal tersebut sejalan dengan potensi penurunan suku bunga oleh sejumlah bank sentral global, termasuk di Indonesia. Penurunan suku bunga dapat menggenjot daya beli masyarakat sehingga mendorong kinerja emiten teknologi. Selain itu, potensi penurunan suku bunga nanti juga bisa berdampak pada perbaikan adjusted EBITDA emiten-emiten di sektor ini. Menurut Khaer, suku bunga masih menjadi faktor utama yang cukup penting di sektor teknologi. Sebab, selain menekan konsumsi, beban bunga dari utang para perusahaan juga akan membengkak. “Kabar baiknya, penetrasi internal dalam negeri sudah semakin tinggi dan kemungkinan masih akan meningkat di beberapa periode ke depan,” ungkap dia.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham yang Menarik di IDX High Dividend 20 Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat, kinerja sektor teknologi masih baik. Tetapi, emiten teknologi e-commerce belum mampu mencetak keuntungan di tahun lalu. Selain dari sentimen keuangan, pasar juga mengkhawatirkan situasi dan kondisi global, khususnya terkait dengan inflasi dan tingkat suku bunga yang masih belum pasti kapan turunnya. Hal ini pun menjadi pemberat kinerja emiten teknologi. Namun, kehadiran momen Lebaran akan menjadi sentimen positif bagi emiten
e-commerce. “Sebab, momen ini akan meningkatkan transaksi
e-commerce yang akan memberikan sentimen positif bagi kinerja keuangan mereka,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (17/3).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Konsolidasi Pada Senin (4/3), Berikut Saham-Saham yang Bisa Dilirik Pada tahun 2024, kinerja emiten teknologi masih cukup prospektif, terutama emiten
e-commerce. Hal ini didorong oleh perubahan perilaku masyarakat yang lebih suka belanja secara daring. Selain itu, perkembangan ekosistem dari sektor teknologi juga tentu kan mempengaruhi peningkatan
user experience yang akan meningkatkan aktivitas transaksi.
“Daya tarik dari perusahaan teknologi masih akan berasal dari layanan yang ditawarkan dan sejauh mana ekosistem yang mereka miliki mampu melibatkan pengguna lebih jauh untuk menikmati layanan yang mereka miliki,” paparnya. Nico belum merekomendasikan emiten teknologi.
Sementara, Khaer merekomendasikan trading buy untuk saham GOTO dan CASH dengan target harga masing-masing Rp 74 per saham dan Rp 104 per saham. Khaer juga merekomendasikan
wait and see untuk saham BELI dan BUKA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati