KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor telekomunikasi tahun ini dihujani banyak sentimen positif. Mulai dari masih terbuka lebarnya ruang adopsi internet di Indonesia hingga sentimen jangka pendek dari pemilihan umum dan periode ramadan. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas memandang prospek kinerja emiten sektor telekomunikasi tahun ini cukup bagus. Peluangnya berasal dari peningkatan penetrasi internet di Indonesia. Meluasnya penggunaan internet diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat tingkat penetrasi internet Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan negara tetangga, khususnya di Asia Tenggara.
"Kondisi ini merupakan peluang pemain di sektor telekomunikasi untuk meningkatkan jumlah pelanggannya," jelas Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).
Baca Juga: Melirik Saham-Saham Defensif yang Jadi Incaran Investor, Cermati Saham Berikut Sukarno memaparkan, tingkat penetrasi internet Indonesia meningkat menjadi 79,5% dari 78,19% pada 2024. Kemudian, kebijakan pemerintah yang gencar membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah terpencil akan membuka peluang baru dan memperluas jangkauan. "Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan terus meningkat bakal mendorong penggunaan layanan telekomunikasi," tambah dia. Di awal tahun ini, Sukarno melihat, hajatan pemilu sangat berdampak bagi emiten telekomunikasi karena dapat meningkatkan trafik layanan data. Periode Ramadan dan Lebaran yang segera datang biasanya juga meningkatkan konsumsi data internet. Hanya saja, persaingan yang ketat di sektor ini masih akan menjadi tantangan. Begitu pula, regulasi pemerintah dan fluktuasi harga komoditas yang bisa memengaruhi biaya operasional. Sukarno menyoroti, dampak jika merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) benar terjadi, maka akan menciptakan operator telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia. Ini bakal membuat persaingan yang semakin sengit dengan kompetitor yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT). Berikut rekomendasi saham-saham pilihan di sektor telekomunikasi dari berbagai analis. Simak rekomendasi sahamnya. 1. PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) Dengan unit DigiCo TLKM, termasuk perluasan pusat data NeutraDC, bisnis fiber InfraCo, dan kepemimpinan industri menara lewata Mitratel, ini memposisikan TLKM untuk potensi pertumbuhan pendapatan melebihi ekspektasi. Dengan penetrasi internet yang mencapai 77% per kuartal III-2023, peningkatan permintaan akan pusat data, solusi serat optik, dan perluasan menara diperkirakan akan memenuhi pertumbuhan Indonesia kebutuhan internet. Rekomendasi : Trading Buy Target Harga : Rp 4.790 Analis Mirae Asset Sekuritas Jonghoon Won dan Christopher Rusli dalam riset 21 Februari 2024
Baca Juga: Operator Telekomunikasi Indonesia Hadirkan 3 Layanan API GSMA Open Gateway Initiative 2. PT Indosat Tbk (
ISAT) ISAT siap untuk menggali lebih jauh potensi yang berasal dari pelanggan pedesaan dan mengejar peningkatan Average Revenue Per User (ARPU). Perusahaan juga bertujuan untuk terus meningkatkan bisnis home broadband-nya dan bisnis enterprise, serta bertujuan untuk meningkatkan pendapatan tambahan misalnya AI Cloud sebagai layanan pelengkap. ISAT memandu tahun ini sekali lagi dengan target pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi daripada pertumbuhan industri. Kemudian margin ebitda diharapkan mendekati 50% dan belanja modal sebesar Rp12 triliun. Rekomendasi : Buy Target Harga : Rp 12.000 Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Gani dalam riset 13 Februari 2024 3. PT XL Axiata Tbk (
EXCL) EXCL berencana membeli pelanggan LINK pada kuartal kedua 2024. XL mungkin juga akan segera membeli spektrum, baik 700MHx dan 26GHz, jika pemilihan presiden selesai hanya pada satu putaran dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) melanjutkan lelang. Pendapatan EXCL lebih tinggi, namun margin Ebitda diperkirakan lebih rendah. Likuiditas XL saat ini terbatas, namun mereka akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan lebih baik. Cash Flow EXCL mungkin ketat dengan memiliki uang tunai Rp 1 triliun, dan Free Cash Flow (FCF) sebesar Rp5 triliun setelah bunga & pajak, namun XL dapat menambah utang dengan 2,7x Net Debt/Ebitda saat ini. Oleh karena itu, margin ebitda diperkirakan berada di bawah 49% pada 2024-2025 untuk memperhitungkan spektrum.
Rekomendasi : Buy Target harga : Rp 3.000 Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dalam riset 20 Februari 2024 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi