Sektor TPT masih tumbuh 15%, ekspor tekstil turun 2,87% tahun lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan kinerja yang gemilang sepanjang tahun 2019 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,35%. Capaian tersebut menunjukkan perkembangan yang terus membaik di tengah tekanan kondisi ekonomi global. Pertumbuhan signifikan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi ditopang oleh meningkatnya produksi pakaian jadi di sentra-sentra industri.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas dalam pengembangannya. "Terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0, karena dengan pemanfaatan teknologi industri 4.0, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers, Kamis (7/2).

Menperin mengungkapkan, sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga mencatat nilai ekspor sepanjang tahun 2019 yang mencapai US$ 12,9 miliar. Sebagai salah satu sektor padat karya, sektor tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,73 juta orang.


Baca Juga: Pertumbuhan industri pengolahan hanya 3,8% di 2019

Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), total ekspor industri tekstil dan produk tekstil ini turun 2,87% menjadi US$ 12,84 miliar pada tahun 2019 dari US$ 13,22 miliar di tahun 2018. Sementara impor tekstil dan produk tekstil turun 6,4% menjadi US$ 9,37 miliar dari sebelumnya US$ 10,02 miliar.

Sementara itu, nilai produk domestik bruto industri tekstil dan produk tekstil tahun lalu mencapai Rp 200,02 triliun. Angka ini meningkat 18,67% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 168,55 triliun. Pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil tahun lalu mencapai 15,35% sepanjang tahun lalu.

Kemenperin menjalankan beberapa langkah untuk terus meningkatkan kinerja sektor tersebut, antara lain dengan mendorong perluasan akses pasar serta merestrukturisasi mesin dan peralatan. "Jadi, untuk menggenjot daya saing industri TPT, banyak hal yang kami pacu. Misalnya, memudahkan ketersediaan bahan baku dan pasokan energi," sebutnya.

Sektor industri nonmigas lainnya yang juga tumbuh optimal pada 2019 adalah industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 8,86% yang sejalan dengan meningkatnya permintaan luar negeri. Selanjutnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional  sebesar 8,38% yang pertumbuhannya didorong oleh peningkatan produksi bahan kimia, barang dari kimia, serta produk farmasi, obat kimia, dan obat tradisional.

Baca Juga: Bagaimana prospek saham emiten tekstil dan garmen di tengah pelemahan dolar AS?

Kemudian, industri furnitur mencapai 8,35% yang dipengaruhi peningkatan permintaan luar negeri sehingga mendorong tumbuhnya ekspor. Sementara, industri makanan dan minuman dengan pertumbuhan stabil sebesar 7,78%, didukung oleh peningkatan produksi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Seperti disampaikan Badan Pusat Statistik, perekonomian global pada Triwulan IV-2019 diperkirakan masih lemah dan belum stabil akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh sebesar 5,02% dibandingkan tahun 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati