KONTAN.CO.ID - Sekutu AS di wilayah Pasifik, Filipina, mengatakan telah melihat kapal selam Rusia di Laut China Selatan minggu lalu. Ini dinilai sebagai tanda terbaru ketegangan di perairan yang disengketakan tersebut. Mengutip
Business Insider, dalam sebuah unggahan Facebook pada hari Selasa (3/12/2024), Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan kapal selam Rusia UFA 490 terlihat 80 mil laut dari pantainya pada hari Kamis lalu. Kondisi ini mendorong Angkatan Laut Filipina untuk mengerahkan pesawat dan kapal perang yang memantau kapal tersebut dan melakukan kontak radio dengannya.
Menurut unggahan tersebut, kapal Rusia tersebut menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka sedang menunggu kondisi cuaca yang lebih baik sebelum menuju pelabuhan Vladivostok, di Timur Jauh Rusia. The Inquirer pertama kali melaporkan berita tersebut, mengutip sumber keamanan yang tidak disebutkan namanya, termasuk salah satu yang mengatakan bahwa itu adalah kapal selam diesel-listrik kelas Kilo II. Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengatakan pada hari Selasa bahwa keberadaan kapal Rusia yang dilaporkan di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina sangat "mengkhawatirkan." Ia menambahkan, setiap "intrusi" ke Laut Filipina Barat "sangat mengkhawatirkan."
Baca Juga: Indonesia - China Belum Sepakati Area Pengembangan Bersama di Laut Cina Selatan Bulan lalu, kantor berita negara Rusia TASS melaporkan bahwa sebuah kapal selam dan kapal tunda penyelamat telah singgah di pelabuhan Malaysia sebelum angkatan laut Rusia dan Malaysia dijadwalkan melakukan latihan gabungan di Laut China Selatan. Laksamana Muda Roy Vincent Trinidad, juru bicara Angkatan Laut Filipina, mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa sebuah kapal tunda penyelamat dan sebuah kapal pendukung terlihat di dekat kapal selam tersebut. Ia mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa insiden itu tidak "mengkhawatirkan" tetapi mereka "terkejut" karena "ini adalah kapal selam yang sangat unik."
Insiden terbaru ini terjadi saat ketegangan di Laut China Selatan meningkat tahun ini, khususnya antara China dan Filipina, sekutu yang harus dibela AS sesuai perjanjian. Ini termasuk bentrokan antara kapal penjaga pantai China dan Filipina, termasuk satu bentrokan yang melibatkan pedang dan pisau. Hunter Marston, peneliti Asia-Pasifik di Universitas Nasional Australia, mengatakan kapal selam itu mungkin berlayar melalui perairan Filipina karena itu adalah rute tercepat antara Malaysia dan Rusia.
Baca Juga: Menteri Pertahanan China Tolak Bertemu dengan Kepala Pentagon Editor: Barratut Taqiyyah Rafie