Selain Deltacron, WHO Deteksi Gabungan Varian Omicron BA.1 dan BA.2



KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengetahui laporan tentang varian rekombinan virus corona baru. Baik rekombinan Delta dan Omicron maupun rekombinan Omicron BA.1 dan BA.2.

"Informasi epidemiologis dan sequencing saat ini untuk rekombinan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda penularan yang cepat atau perubahan keparahan klinis," kata WHO dalam Pembaharuan Epidemiologi Mingguan Covid-19 yang terbit Selasa (8/3).

Menurut WHO, hanya beberapa kluster di beberapa negara yang memiliki kasus rekombinan Delta dan Omicron maupun Omicron BA.1 dan BA.2. yang telah dilaporkan hingga saat ini. 


"Dan menunjukkan tingkat penularan yang sangat rendah hingga hampir tidak terdeteksi ke kontak. Tidak ada rekombinan yang telah diberi nama garis keturunan Pango," sebut WHO.

Baca Juga: WHO: Meski Kasus dan Kematian Turun, Pandemi Masih Jauh dari Selesai

Sementara, menurut sejumlah penelitian, versi hibrida dari virus corona yang menggabungkan gen dari varian Delta dan Omicron, yang mendapat julukan Deltacron, teridentifikasi pada setidaknya 17 pasien di Amerika Serikat dan Eropa.

Karena hanya ada sedikit kasus yang terkonfirmasi, terlalu dini untuk mengetahui, apakah infeksi Deltacron akan sangat menular atau menyebabkan penyakit parah, Philippe Colson dari IHU Mediterranee Infection di Marseille, Prancis, penulis utama laporan yang di-posting di medRxiv, mengatakan.

Colson menyebutkan, ada tiga pasien di Prancis yang terinfeksi versi SARS-CoV-2 yang menggabungkan protein lonjakan dari varian Omicron dengan "tubuh" varian Delta.

Dua infeksi Deltacron lain yang tidak terkait teridentifikasi di Amerika Serikat, menurut laporan yang tidak dipublikasikan oleh perusahaan riset genetika Helix tapi diserahkan ke medRxiv dan dilihat oleh Reuters.

Baca Juga: Jangan Terlena! WHO: Kasus Rendah karena Penurunan Drastis Tingkat Tes Covid-19

Di papan buletin penelitian virus corona, tim lain melaporkan 12 infeksi Deltacron tambahan di Eropa sejak Januari, semuanya dengan protein lonjakan Omicron dan "tubuh" Delta.

Rekombinasi genetik dari virus corona telah diketahui terjadi ketika dua varian menginfeksi sel inang yang sama.

"Selama pandemi SARS-CoV-2, dua varian atau lebih telah beredar bersama selama periode waktu yang sama dan di wilayah geografis yang sama. Ini menciptakan peluang untuk rekombinasi antara dua varian ini," ungkap Colson, seperti dikutip Reuters.

Dia menambahkan, timnya telah merancang tes PCR yang "bisa dengan cepat menguji sampel positif untuk keberadaan rekombinasi varian virus ini".

Editor: S.S. Kurniawan