Selain ITF Sunter, belum ada proyeksi kawasan pengelolaan sampah lain



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewacanakan pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) atau fasilitas pengelolaan sampah di Sunter, Jakarta Utara. Di luar itu, Pemprov DKI berencana membangun fasilitas pengelolaan sampah di daerah lain.

Meski begitu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji menyatakan belum ada pembahasan terkait ekspansi kawasan pengembangan ITF lain.

"Di luar Sunter kita akan membangun juga. Ada pilihannya tiga atau empat kota. Tapi belum tahu, karena masih ada kajian itu, tidak mungkin hanya punya satu ITF," ungkap Isnawa di Balai Kota DKI, Senin (22/10).


Isnawa mencontohkan, sejauh ini negara tetangga Singapura sudah memiliki ITF, selain itu Tokyo juga memiliki ITF banyak.

"Di Singapura saja sekecil itu sudah punya lima kawasan untuk ITF, Tokyo di dalam kotanya ada 23 ITF walaupun kisaran ada yang 200 ton-500 ton (pengolahan sampah per hari) mereka sudah demikian," ungkap Isnawa.

Pembangunan ITF dilakukan untuk membuat Jakarta lebih mandiri dalam mengelola sampahnya. Selama ini, Jakarta mengelola sampah dengan membangun kemitraan dengan Pemkot Bekasi yakni melalui Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Bantargebang Bekasi.

Sementara itu, Iman Satria, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta bilang, anggaran pembangunan fasilitas pengelolaan sampah di Sunter tidak masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RABPD) DKI Jakarta. "Karena Pemda tidak menanggung biaya pembangunan. Untuk anggarannnya menggunakan dana investor," kata Iman.

Sayangnya ia tidak menjelaskan secara gamblang terkait nilai investasinya. Sejauh ini pembangunan ITF sedang dimatangkan.

Pembangunan ITF dilakukan dengan sistem B to B (business to business) antara PT Jakarta Propertindo dengan Perusahaan asal Finlandia.

ITF Sunter dibangun untuk membuat Jakarta menjadi kota yang mandiri dalam pengelolaan sampahnya. Selama ini Jakarta selalu bergantung pada Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Bantargebang Bekasi.

Berdasarkan penelitian dari Dinas Lingkungan Hidup DKI, pada tahun 2021 hingga tahun 2022 volume sampah di Bantargebang mencapai 39 juta ton dengan ketinggian di atas 30 meter. Isnawa memprediksikan bahwa dengan ketinggian itu berpotensi akan menimbulkan longsor sat musim hujan dan kebakaran saat musim kemarau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi