Shintamie Suryaputri, sedari awal memang ingin memfokuskan pasarnya ke luar negeri. Maka, di tahun 2007 saat perusahaan kerajinan kulit As Java Leather berdiri, perempuan yang akrab disapa Shinta ini langsung memasarkan produk tas dan aksesori berbahan kulit ke luar negeri, seperti Australia. "Maunya bisa buka cabang di Australia," kata Shinta. Dan kini, pasar ekspornya sudah merambah ke sejumlah negara di Eropa, selain negara Jiran, Malaysia. Tidak berarti pasar dalam negeri tidak penting. Buktinya saat ini, As Java Leather juga sudah punya dua gerai di Yogyakarta. Bahkan, saat ini, ekspornya baru mencapai sekitar 20% dari total produksinya. Karena itu, pasar di dalam negeri tidak akan dinomor-duakan. Agar bisa merambah lebih jauh pasar luar negeri, Shinta melibatkan sang kakak, Amie Dewi.
Selain lokal, Shinta garap pasar ekspor (3)
Shintamie Suryaputri, sedari awal memang ingin memfokuskan pasarnya ke luar negeri. Maka, di tahun 2007 saat perusahaan kerajinan kulit As Java Leather berdiri, perempuan yang akrab disapa Shinta ini langsung memasarkan produk tas dan aksesori berbahan kulit ke luar negeri, seperti Australia. "Maunya bisa buka cabang di Australia," kata Shinta. Dan kini, pasar ekspornya sudah merambah ke sejumlah negara di Eropa, selain negara Jiran, Malaysia. Tidak berarti pasar dalam negeri tidak penting. Buktinya saat ini, As Java Leather juga sudah punya dua gerai di Yogyakarta. Bahkan, saat ini, ekspornya baru mencapai sekitar 20% dari total produksinya. Karena itu, pasar di dalam negeri tidak akan dinomor-duakan. Agar bisa merambah lebih jauh pasar luar negeri, Shinta melibatkan sang kakak, Amie Dewi.