Selain menambah pesawat, IATA garap infrastruktur



JAKARTA. Meski masih merugi, maskapai penerbangan PT Indonesia Air Transport Tbk terus melakukan pengembangan usaha. Emiten berkode saham IATA ini mengalokasikan belanja modal US$ 10,1 juta pada 2013. Dana tersebut akan digunakan untuk merevitalisasi pesawat dan fokus mengembangkan bidang usaha pembangunan infrastruktur.

Direktur Utama IATA, Syafril Nasution, mengungkapkan dana tersebut akan digunakan untuk membeli tiga unit pesawat, yakni dua unit Airbus dan satu ATR. "Sebagian besar dana untuk membeli dua unit Airbus dan satu ATR," ujar Syafril, Jumat (26/4).

IATA juga berencana menjual dua unit Fokker senilai US$ 6 juta. Hal ini merupakan strategi perusahaan ini mengurangi beban operasional. "Kami akan mengurangi varian pesawat dan fokus ke pesawat Airbus dan ATR," kata dia.


Saat ini, IATA memiliki total 17 unit pesawat. Dari jumlah itu, pesawat yang beroperasi sebanyak 11 unit.

Selain menambah pesawat, IATA menggarap bisnis di luar penerbangan, yakni mengembangkan dua proyek pelabuhan dan jalan pengangkutan batubara di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Proyek ini dimulai sejak awal tahun lalu melalui anak usaha PT MNC Infrastruktur Utama.

"Selama dua tahun ini, kami menganggarkan Rp 145,5 miliar untuk Sumatera Selatan dan Rp 117 miliar untuk Kalimantan Timur," ujar Syafril.

Direktur Keuangan IATA, Trisilo Ari Setyawan, menyatakan tahun ini IATA menargetkan pendapatan usaha Rp 1,1 triliun, naik tiga kali lipat dibandingkan pendapatan tahun lalu sebesar Rp 269,3 miliar. Sedangkan kerugiannya diharapkan berkurang 30% dibandingkan kerugian tahun lalu Rp 32,82 miliar.

Dari target pendapatan tahun ini, kontribusi terbesar berasal dari penerbangan reguler Rp 734 miliar atau 66%, penerbangan carter sebesar Rp 342 miliar atau 31%. Adapun sisanya berasal dari proyek-proyek infrastruktur.

IATA juga mengupayakan perpanjangan kontrak kerjasama jasa penerbangan dengan perusahan migas dan pertambangan yang habis di tahun ini. Sebelumnya, IATA mendapat kontrak tiga tahun senilai US$ 25 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro