Selain perlambatan ekonomi, ini sejumlah sentimen lain yang bisa menekan IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diproyeksi akan tumbuh lebih lambat daripada proyeksi awal. Bank Indonesia (BI) misalnya, merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 di kisaran 4,1% hingga 5,1%. Sebelumnya, BI memproyeksikan ekonomi domestik bisa tumbuh di kisaran 4,3% hingga 5,3%.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kalah dibandingkan negara lain. IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 sebesar 4,3% atau lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi global, yang mencapai 4,9%.

Laju ekonomi Indonesia tahun ini bahkan juga diperkirakan tumbuh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara lain di kawasan ASEAN-5 yakni Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Lembaga moneter global ini membuat prediksi kawasan ASEAN-5 bisa tumbuh hingga sekitar 4,9%.


Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, sentimen turunnya proyeksi  pertumbuhan ekonomi oleh IMF dan BI memang menjadi salah satu sentimen pemberat dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini. Selain itu, ekspektasi terjadinya inflasi dan naiknya yield US Treasury juga ikut mempengaruhi laju indeks.

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19, Rabu (21/4): Dosis 1= 11.269.213 dan Dosis 2= 6.322.003

“Masih sedikitnya jumlah warga Indonesia yang divaksin juga menjadi pemberat IHSG, karena berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi,” terang Hendriko kepada Kontan.co.id, Rabu (21/4).

Dalam jangka pendek, yakni hingga akhir bulan ini, Hendriko menyebut  secara teknikal IHSG masih berpotensi bergerak mixed pada kisaran 5.890-6.117. Sedangkan untuk target akhir tahun, Sucor Sekuritas menargetkan IHSG ada di level 6.750.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama menilai, pelemahan konsumsi dan daya beli juga membayangi laju IHSG. Saat ini tantangan dari konsumsi masih menjadi fokus, dan dampaknya lebih bersifat multiplier effect.

Baca Juga: Kunjungan ke pusat perbelanjaan mulai naik, ini dampaknya ke perusahaan ritel

Sementara itu, dampak dari pengetatan aktivitas, dalam hal ini adalah pelarangan mudik, tentu akan terasa di kuartal kedua ini. “Namun kita masih ada harapan, dimana masyarakat dapat mengeluarkan pendapatannya pada momentum lebaran nanti walaupun tidak mudik,” terang Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/4). 

Hal tersebut tentu menjadi harapan bagi kinerja emiten-emiten ritel dan industri konsumsi pada momentum lebaran tahun ini.

Saham pilihan

Dihubungi terpisah, Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, saham-saham siklikal berbasis komoditas seperti batubara dan minyak sawit (CPO), seharusnya masih menarik di tengah sentimen perlambatan pemulihan ekonomi saat ini. “Sebenarnya terjadi recovery, hanya saja dengan kecepatan yang lebih lambat, sehingga kinerja dari saham-saham siklikal tetap tumbuh,” terang Chandra.

Baca Juga: Pendapatan susut 4%, begini rekomendasi saham Astra International (ASII)

Sementara itu, Okie menilai investor dapat mencermati sektor yang nantinya berpotensi dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya. Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan saham sektor telekomunikasi untuk dapat dipertimbangkan.

Beberapa saham yang menjadi pilihan Pilarmas Investindo diantaranya PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 3.490 per saham, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga Rp 2.370 per saham, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan target harga Rp 2.910 per saham.

Investor juga bisa melirik saham-saham perbankan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 5.080, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 6.325, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp 34.450, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 6.625, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan target harga Rp 1.850. “Untuk saat ini, buy on weakness dapat dijadikan pertimbangan,” tutup Okie.

Baca Juga: BI menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi, begini dampaknya terhadap laju IHSG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati