Selain Saham Sektor teknologi, Simak Deretan Sektor yang Menarik Dicermati Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain saham sektor teknologi yang jadi primadona, sejumlah sektor saham dinilai punya prospek yang menarik tahun ini.  Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana membeberkan sejumlah sektor yang punya prospek bagus tahun ini.

Pertama, sektor consumer non cyclical. Sektor ini merupakan sektor yang defensif dan punya prospek permintan yang tinggi dari konsumen. Baik pandemi atau tidak, produknya tetap laku di pasaran karena kebutuhan konsumen. “Tahun 2022 diproyeksikan menjadi tahun pemulihan ekonomi yang menjadi katalis positif sektor ini,” terang Raditya kepada Kontan.co.id, Minggu (9/1)

Kedua, sektor industrial. Pemerintah tengah membahas rencana perpanjangan insentif fiskal pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk barang otomotif hingga enam bulan pertama 2022. Hal ini Bertujuan untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dus, ini akan berdampak ke sektor industrial.


Ketiga, sektor infrastruktur. Pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terjadi sejak kuartal II-2021 meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sektor infrastruktur.

Baca Juga: Mengintip Peluang January Effect di Tahun Ini

Sektor infrastruktur dan konstruksi mendapatkan katalis positif dari alokasi anggaran infrastruktur yang masih tinggi. Seperti diketahui, tahun ini pemerintah pemerintah mengajukan alokasi anggaran infrastruktur Rp 384,8 triliun atau 14,2% dari total belanja pemerintah.

Emiten di sektor ini juga mengalap berkah dari proyek pengembangan ibu kota baru di Kalimantan Timur, sehjngga menjadi katalis positif bagi sektor infrastuktur tahun  ini.

Keempat, sektor kesehatan. Raditya mengatakan, munculnya varian Omicron per 26 November 2021 kemarin telah meningkatkan ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar. “Munculnya varian Omicron menurut analisis kami akan meningkatkan permintaan dari produk-produk kesehatan seperti vaksin booster,” kata Raditya.

Kelima, sektor basic materials. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menetapkan harga batubara khusus untuk industri semen dan pupuk sebesar US$ 90 per metrik ton. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan daya saing sektor tersebut agar tak turun.

Raditya juga menjabarkan sejumlah prospek emiten milik konglomerasi terkait dengan prospek sektoral tersebut. Pertama, saham konsumer milik Grup Salim yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kedua emiten ini memiliki kekuatan model bisnis yang terintegrasi, sehingga performanya tidak terpengaruh oleh adanya pandemi Covid-19.

Raditya memproyeksikan, ICBP dan INDF akan mengalami peningkatan kinerja pada 2022. Hal itu tak lepas dari proyeksi bahwa 2022 bakal menjadi tahun pemulihan yang berujung pada perbaikan penjualan perusahan barang konsumen. “Kedua katalis di atas dapat menjadi penggerak pergerakan harga saham ICBP pada tahun 2022,” kata Raditya.

Kedua, saham milik Grup Astra, yakni PT Astra International Tbk (ASII). Kinerja ASII diproyeksi bakal terkerek insentif perpanjangan insentif (PPnBM) untuk barang otomotif hingga enam bulan pertama 2022. Sementara kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) akan tersokong oleh proyeksi naiknya penjualan alat berat Komatsu menjadi sebesar 3.700 unit tahun ini.

Ketiga, saham emiten milik Grup Saratoga. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) diuntungkan dengan harga batubara yang berpotensi masih tinggi hingga semester I-2022, meski memang tidak akan setinggi tahun lalu. Prospek ADRO juga dipoles oleh ekspansi bisnis dan diversifikasi bisnis batubara di tengah penguatan isu keberlanjutan lingkungan yang juga bakal berdampak positif bagi Adaro.

“Namun perlu diwaspadai koreksi secara teknikal, karena penguatannya kami nilai sudah cukup signifikan.,” kata Raditya.

Sementara, prospek PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) akan dipoles rencana pelunasan seluruh obligasi jatuh tempo berdenominasi rupiah menggunakan kas internal, yang akan menjadi katalis positif bagi fundamental.

Selain itu, TBIG akan tetap menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah pada tahun ini. Namun, waktu pelaksanaannya bakal disesuaikan dengan kebutuhan. 

Baca Juga: Asing Banyak Mengoleksi Saham-Saham Ini pada Awal Pekan Kedua Januari 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat