Selain sektor multifinance, penerbit obligasi dolar juga punya peluang gagal bayar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum meredanya persebaran virus corona baik secara global maupun di Indonesia membuat perlambatan ekonomi global semakin nyata. Tak ayal, kinerja beberapa sektor emiten pun terkena dampak dari pandemi ini.

Bahkan terbaru, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sudah memangkas outlook ataupun peringkat 11 perusahaan hanya dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Pemangkasan ini tidak terlepas dari kenaikan risiko perusahaan tersebut akibat corona.

Baca Juga: Gara-gara corona, obligasi dari sektor multifinance dinilai punya peluang default


Analis fixed-income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menuturkan tidak terkejut dengan pemangkasan tersebut. Bahkan Made menilai, akibat virus corona ini beberapa penerbit obligasi korporasi punya peluang mengalami gagal bayar. Terlebih lagi penerbit obligasi korporasi dari sektor multifinance.

“Sektor ini paling terdampak karena di satu sisi tidak bisa aktif menyalurkan kredit. Sementara dari pemasukan juga akan sulit seiring adanya kebijakan bebas cicilan kredit bagi kelompok tertentu,” tutur Made kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Baca Juga: Pefindo sudah menurunkan peringkat dan outlook 11 perusahaan akibat corona

Selain penerbit obligasi korporasi dari perusahaan-perusahaan multifinance, penerbit obligasi korporasi lain yang dinilai Made mungkin mengalami gagal bayar adalah perusahaan yang punya utang dalam mata uang dolar Amerika Serikt (AS) yang cukup dominan. Hal ini seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Pendapatan relatif akan anjlok sementara bunga utang berdenominasi dolar itu harus tetap dibayar. Pendapatan tersebut tentunya akan semakin tergerus karena nilai tukar yang semakin mahal,” tambah Made.

Baca Juga: Prediksi kontraksi ekonomi global dari IMF meruntuhkan kurs rupiah

Made menilai sejauh ini sektor makanan-minuman adalah sektor yang tidak terlalu kena dampak virus corona. Pasalnya permintaan makanan-minuman tidak akan mengalami penurunan. Selain itu, kebijakan work from home juga disebut Made menguntungkan sektor telekomunikasi.

“Tapi sektor telekomunikasi ini beberapa penerbit obligasinya punya utang dolar cukup besar. Jadi sebenarnya bisa dibilang juga agak riskan,” pungkas Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati