Selalu ditolak, Korea Selatan tetap berupaya kirim bantuan pangan ke Korea Utara



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan melalui Kementerian Unifikasinya masih tetap mencari cara agar bisa memberikan bantuan pangan serta pertanian ke Korea Utara. Sayangnya, negara Kim Jong Un tersebut selalu menolak bantuan dari sang tetangga.

Dilansir dari Yonhap (23/3), Kementerian Unifikasi saat ini sedang melakukan tinjauan internal tentang cara-cara yang bisa diambil untuk mengirimkan makanan dan pupuk ke Korea Utara sebagai bantuan kemanusiaan.

Setahun terakhir Korea Utara memang cukup kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya akibat bencana badai dan banjir besar yang menghancurkan berhektar-hektar lahan pertanian utama negara.


Proses peninjauan internal terus dilakukan, termasuk mengevaluasi situasi di perbatasan Korea Utara-China, serta hubungan antar-Korea secara menyeluruh.

Meskipun cukup ragu untuk memberikan bantuan di masa tegang ini, Korea Selatan merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Korea Utara, meski berakhir dengan penolakan.

Baca Juga: Xi Jinping dan Kim Jong Un saling bertukar pesan, ini isinya

"Posisi kami tetap sama atas masalah tersebut, bahwa kami harus memberikan makanan atau bantuan kemanusiaan bila diperlukan," ungkap Menteri Unifikasi Korea Selatan, Lee In Young.

Kepada Yonhap, In Young mengatakan bahwa Korea Selatan selalu siap untuk memberikan bantuan makanan dan pupuk dalam jumlah besar kepada Korea Utara jika mendapatkan lampu hijau.

Berbicara di hadapan parlemen, menteri juga mengatakan Korea Utara sepertinya menghadapi kekurangan pangan sekitar 1,2 juta hingga 1,3 juta ton tahun ini terutama karena kerusakan akibat hujan deras tahun lalu.

Korea Utara telah berulang kali menolak tawaran bantuan dari Korea Selatan di tengah hubungan kedua negara yang sedang dingin. Kim Jong Un juga mendesak para pejabatnya untuk tidak menerima bantuan dari luar, dengan alasan kekhawatiran atas penyebaran virus corona.

Selanjutnya: Diduga kirim roket ke perbatasan, Korea Selatan dan AS pantau ketat Korea Utara